Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Tokoh" dari Sudut Pandang Filsafat (21)

2 Januari 2021   20:25 Diperbarui: 2 Januari 2021   20:28 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tokoh itu bebas. Sejak lahir, tokoh bebas dari kandungan ibu. Dari hari ke hari tokoh itu bebas bergerak sesuai kemauannya. Tokoh dilengkapi dengan Nafsu yang menawarkan berbagai kemungkinan untuk dipilih dan dinikmati. Alam menawarkan berbagai kebutuhan untuk memenuhi keinginan Nafsu tokoh. Tokoh bebas memilih. Nalar tokoh bebas menelusuri segala pengalaman dan pengetahuan yang ada untuk digunakan tokoh dalam menentukan pilihan mana benar mana salah. Naluri tokoh bebas merangkul sesama siapa pun saja yang ia temui. Nurani tokoh secara bebas menampung segala suka duka, untung malang menjadi adonan yang mengental dalam diri tokoh menjadi harta bathin tak ternilai. Tokoh bebas karena anugerah Pencipta dalam bentuk 4N (NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI) menjadi daya yang mendorong tokoh bebas terbang melayang tanpa rintangan ranting pepohonan. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Tokoh itu bebas untuk berbuat apa saja sesuai dorongan Nafsu, Nalar, Naluri dan Nurani. Tokoh itu bebaskan diri dari dorongan 4N ke arah yang tidak benar. Di sinilah letaknya kehebatan tokoh. Nafsu tidak lewat batas. Nalar tidak menjalar liar. Naluri tidak asal rangkul. Nurani tidak keruh penuh iri dan dengki. Tokoh bebas dari yang aneh-aneh. Tokoh bebas untuk yang baik tapi bebas dari yang jahat. Bebasnya tokoh itu menjadi kebanggaan serentak jadi halangan. Halangan dalam arti yang baik. Hebatnya tokoh itu ialah dia bebas suarakan dan laksanakan apa pun saja sejauh itu benar dan baik untuk dirinya dan sesamanya. Itu perintah Pencipta. Tokoh bebas karena Penciptanya yang berikan langsung kebebasan itu lewat 4N yang melekat dalam dirinya. 

Tokoh yang bebas memeras sesama untuk merampas hartanya, bukanlah tokoh. Tokoh yang bebas membohongi sesama dengan akal bulus, bukanlah tokoh. Tokoh yang pilih kasih dan tebar benci kepada sesama atas dasar suka dan tidak suka, bukanlah tokoh. Tokoh yang nuraninya penuh kemelut kabut perseteruan, bukanlah tokoh. Hal-hal yang jelek dan jahat itu bisa saja dibuat oleh tokoh secara bebas, tapi itu bukanlah amanat dari Pencipta. Tokoh itu bebas untuk buat yang baik, bebas pikir yang benar, bebas rangkul semua orang, bebas renung yang murni. Itulah tokoh. Tokoh macam ini ada? Ada. Saya. Anda. Dia. Kita semua inilah tokoh itu. Kita-kita inilah yang bebas untuk yang baik dan bebaskan diri dari yang jahat. Hidup ini bebas. Bebas untuk yang baik itu. Itulah upaya tokoh yang bebas selama ia hidup. Jelas. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun