Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Asing" dari Sudut Filsafat (19)

9 November 2020   12:58 Diperbarui: 9 November 2020   13:09 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Asing itu hati. Karena asing, kita manusia bisa dekat satu sama lain, melampaui jarak dan waktu,  lewat hati. Hati itu NURANI. Tiga puluh tahun lebih, satu orang asing, dari Jerman, tinggal bersama dengan orang-orang kami, orang suku Buna' di pedalaman Pulau Timor, sampai dia tua, sakit, berobat ke negara asalnya, Jerman, dan dia meninggal di sana.

Namanya Ernestus Barth, seorang imam, pastor, katolik. Dari tahun 50-an sampai tahun 80-an, dia tinggal sebagai orang asing, bule, tinggal dengan kami, orang-orang Timor, kulit coklat tua, bahasa Buna', dia juga sangat kuasai bahasa Buna', hidup seperti kami, dan semua orang sayang dia, kenapa? 

Dia kasih hati. Hidungnya yang mancung, rambutnya yang pirang, tubuhnya yang tinggi, tidak jadi halangan untuk anak-anak bergantung pada lengannya yang kekar. 

Heran, waktu itu saya mulai sekolah, di SR, sekolah Rakyat, tahun 50-an, orang asing ini yang kami kenal dengan nama sapaan, Tuan Barth, kenal setiap orang dengan nama.

 Hanya kami anak-anak kecil, sering ditanya, 'Bapa nama siapa?,' kalau sebut nama bapa kami, langsung dia tertawa, 'Hah, bilang sama bapa, kamu mau jadi pastor'. Itu propaganda, tapi aneh, bapa dengar, senang, 'Hai, Tuan Barth omong dengan kamu? Tuan Barth itu orang baik sekali'.

Hati. Kita ada hati. Saya ada hati. Kamu ada hati. Dia ada hati. Mereka ada hati. Sama-sama ada hati. Kenapa ada kata bahasa Indonesia, 'hati-hati'. Apakah muncul dari kata 'hati' ini? 

Hati-hati itu istilah untuk kewaspadaan, arti yang dalam sekali untuk mengingini (NAFSU) dengan hati-hati, berpikir (NALAR) dengan hati-hati, bergaul (NALURI) dengan hati-hati, memutuskan (NURANI) dengan hati-hati. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Orang asing itu beri hati dengan hati-hati. Hanya yang baik ditampilkan, hanya yang baik diberi, hanya yang baik disimpan. Ini dari hati. Orang asing berusaha untuk tidak pernah mau menyakiti hati orang yang dikunjungi. 

Itu Pater Barth, sebagai contoh, belum pernah terdengar bahwa dia menyakiti hati orang Buna'. Seluruh suku Buna' meratapi Pater Barth waktu ada berita bahwa beliau sudah meninggal di Jerman. Dia orang asing, dia bukan orang Buna'. 

Sedih? Yah, sedih. Sampai saat artikel untuk 'Kompasiana' ini ditulis, Senin, tanggal 9 Nopember 2020, di Kupang, kalau orang suku Buna' di Timor, yang lahir tahun 1970-an ditanya, siapa itu Pater Barth, langsung dia akan mengatakan, 'Beliau Pastor kami. Beliau orang baik.'

Hati. Kita ada hati. Buat apa-apa pakai hati. Kita sama-sama asing di dunia ini. Kalau cari makan, beri makan dengan hati, maka hati tenteram. Ini NAFSU dalam arti  yang baik. Kalau pikir nasib diri dan sesama (NALAR)  dengan hati, tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun