Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Sudut" dari Sudut Filsafat

28 Juli 2020   20:20 Diperbarui: 28 Juli 2020   20:07 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sudut itu segi atau arah pandangan. Sudut pandang. Ini kata Kamus Umum Bahasa Indonesia (Balai Pustaka). Arti ini yang dimaksud dalam judul ini. Arti sebenarnya, sudut  itu tempat aman untuk betahan. Sudut itu posisi siap menyerang apa bila diserang. Di sudut ini saya bersandar. 

Dari sudut inilah saya berdiri dan memandang ke depan dan meresapi hasil pandangan banyak orang, lalu ibarat lampu sorot menyoroti berbagai pandangan sambil memancarkan sinar sendiri jauh ke depan. Karena keterbatasan manusiawi maka berdiri hanya pada satu sudut, yaitu sudut filsafat. 

Jelas. Bukan sudut ilmu ukur atau ilmu bangunan. Tidak berdiri di tengah ruangan luas, tapi di satu sudut kecil supaya terbatas, terarah dan sejauh mungkin tepat sasaran pandangan itu dan tidak menyebar tanpa arah.

Sudut pandang itu dipertahankan dan tidak boleh rampas sudut orang lain. Juga sudut orang lain boleh disimak tapi tidak boleh pakai sudut pandang orang lain sampai sendiri tidak ada sudut pandang sendiri. Kalaju setiap kali menurut sudut ini, sudut itu, di mana sudut anda? Mengambang. 

Harus ada sudut pandang sendiri sehingga orang lain juga ditantang untuk membuka sudutnya masing-masing. Sebab filsafat itu bukan barang antik monopoli orang tertentu. 

Filsafat tidak boleh diberkas sekian rapih sampai jadi barang antik yang disimpan dalam brankas. Filsafat itu ibarat lembaran seribu dua-ribuan yang laku beli kangkung seikat dan jadi sayur penambah gizi. 

Filsafat harus populer, yang bebelit cukup untuk filsuf yang sungguh-sungguh ahli menggeluti semua aliran dan bisa menyoroti filsafat dari berbagai sudut sampai kita lain yang bukan ahli tersudut semua. 

Filsafat semacam itu ada gunanya sebagai vitamin kemasan pabrik farmasi dijual di apotik bergengsi. Filsafat ada sudut lain juga, dijajakan di kaki lima, dinikmati pejalan kaki, dijual semurah mungkin, tapi tetap punya harga, diminati ribuan warga. 

Sudut pandang itu ada hasil NAFSU untuk berdiri kokoh dengan satu pendirian yang segar, tidak basi. Sudut pandang juga hasil kembara NALAR ke berbagai sudut pandang yang lain sambil menjaga jarak untuk tidak terhisap oleh dekapan pandangan yang membuat lemas si pengembara ilmiah. Sudut pandang itu menggandeng teman yang gemar bercengkerama tentang segala yang ada dan mungkin ada dalam suasana gurau tanpa ragu.

Sudut pandang juga hasil endapan renungan NURANI yang tafakur dalam  merunduk dan tinggi melambung luas melanglang. Perpaduan NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI (4N, Kwadran Bele, 2011)  menyatu memandang dari satu sudut ke segala arah dengan sadar sesadar-sadarnya bahwa arah yang benar sebenar-benarnya hanya satu, DIA, SUMBER KEBENARAN. DIA ada di segala sudut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun