Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Tarik" dari Sudut Filsafat

16 Juli 2020   16:56 Diperbarui: 16 Juli 2020   16:56 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tarik ke sana, tarik ke sini. Kita manusia ini hidup tarik-menarik. Pacaran terjadi karena tarik-menarik antara dua insan remaja. Penjual tarik pembeli. Pembuat iklan tarik peminat. Pelawak tarik perhatian penonton. Guru tarik perhatian murid. Tempat ini penuh daya tarik. Tentu tarik manusia. 

Siapa tarik siapa? Baku tarik. Tarik tali, lomba. Tarik suara, nyanyi. Tarik hati, cinta. Tarik uang, dagang. Tarik garis, batas. Tarik lotere, nasib. Tarik napas, istirahat. Tarik waktu, tunda. Tarik diri, kalah. Tarik perhatian, selebriti. 

Wah, ini jadinya kamus tentang kata tarik. Ya dan tidak. Ya karena memang begitu banyak istilah memakai kata tarik. Tidak karena ini bukan tempatnya untuk susun kamus. Ini pencaharian makna tentang tarik secara mendalam, itulah filsafat tentang tarik.

Kita manusia ini sedang tarik waktu lalu untuk ikut kita dan tarik waktu yang akan datang untuk segera tiba. Hari ini ada di antara tarik menarik antara kemarin dan besok. Inilah gerak hidup.

Kita berdiri di bumi ini karena ada gaya tarik dari bumi. Kalau tidak, kita sudah terlempar ke angkasa. Lenyap. Dalam diri manusia ini ada daya tarik. Bisa menarik, bisa ditarik. Luwes. Daya tarik ini muncul dari mana? 

NAFSU. Unsur NAFSU itu menggebu-gebu untuk menarik dan serah diri untuk ditarik sekaligus. Tidak ada hanya ada daya tarik dan kemampuan menarik saja. Itu gula. Tarik semut. NAFSU manusia itu mendorong manusia untuk merias diri dalam diri seorang gadis untuk menarik si pemuda. 

NAFSU manusia itu mendorong manusia untuk berlatih olah vokal berjam-jam untuk lewat tarik suara tarik pendengar. NAFSU mencari untung mendorong pedagang untuk  menjajakan barang dagangannya yang menarik perhatian pembeli. 

NALAR manusia berputar-putar untuk memilih menarik siapa dengan siapa atau dengan apa. NALAR manusia memampukan manusia untuk mengolah segala macam makanan yang menarik selera orang. NALAR itu menyambut apa yang dimaui oleh NAFSU. Keduanya kerjasama.

NALURI manusia menggelitik manusia untuk segera bertindak karena dirinya ditarik oleh seseorang yang memang juga menarik. Daya tarik-menarik antara sesama manusia ini rangkaian matarantai mulai dari NAFSU, lewat NALAR dan disambut oleh NALURI. Kerjasama ketiga unsur dalam diri manusia inilah yang menyebabkan manusia itu bisa kawin dan berketurunan. 

NURANI tunggu tiga kawannya beraksi. Dia mengawasi. Dia jaga batas. Dia wasit. Dia pegang peraturan, norma. Tidak lewat batas, dia puji. Lewat batas, dia tegur. NURANI buat manusia itu tenang kalau pakai daya tarik-menariknya itu dalaam batas-batas yang wajar. Manusia jadi gelisah, resah kalau empat unsur dalam dirinya itu tampil di luar batas-batas kewajaran. 

Kerjasama mereka  berempat dalam diri manusia inilah yang menampilkan manusia seutuhnya. Empat unsur ini, 4N inilah yang disebut dalam temuan kecil yang sedang dijuluki 'Kwadran Bele', 2011. Dengan mengulas topik ini di Kompasiana, sebenarnya saya sedang tarik perhatian pembaca untuk turut berfilsafat setiap saat tentan apa saja yang ada dan mungkin ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun