Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemiri Pohon Pamali

29 Juni 2020   15:54 Diperbarui: 29 Juni 2020   15:51 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kemiri itu pohon yang dianggap sakral di kalangan masyarakat Suku Buna' di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kemiri (Aleurites moluccana) banyak tumbuh di wilayah NTT termasuk Pulau Timor. Biji kemiri sangat menguntungkan para petani karena sekarang dalam musim kemarau mulai panen dan biji yang bersih, sudah dikupas kulitnya, laku dijual di pasar, per kg Rp. 15.000. 

Petani di Timor yang memiliki pohon kemiri di kebunnya ada yang dapat mendulang keuntungan sampai belasan juta rupiah sekali panen kalau hasilnya mencapai 300 sampai 500 kg atau tiga sampai lima karung.

Di pedalaman Timor, sayangnya kemiri tidak dikembangkan, hanya menanti tumbuh sendiri di kebun atau di hutan. Masyarakat suku Buna' mempunyai keperayaan yang khusus, kemiri itu dianggap pohon pemali, sakral. Ini ada kaitannya dengan legenda tentang pohon kemiri. Masyarakat suku Buna' mempunyai keyakinan bahwa leluhur mereka berasal dari 'Sina Mutin Malaka', yang diperkirakan dari wilayah daratan sebelah selatan Cina sekarang ini. 

Leluhur mereka datang ke Timor ribuan tahun lalu memakai perahu yang terbuat dari pohon kemiri. Pohon kemiri yang kayunya kalau sudah kering, ringan dan kuat, mudah terapung dan inilah yang dijadikan bahan pembuat perahu atau rakit untuk mengarungi lautan. 

Menurut legenda ini, masyarakat suku Buna' membangun rumah mereka dalam bentuk perahu terbalik, sehingga potongan rumah adat mereka kalau dilihat dari depan, bentuknya memanjang, atap ilalang sampai ke tanah dan bubungannya menipis seperti dasar sampan. Jadi falsafah hidup orang Buna', kemiri itu pohon pelindung yang membawa leluhur mereka selamat tiba di tanah Timor.

Pohon kemiri yang sudah tua, biasanya dipakai untuk membuat peti jenazah. Pohon yang besar yang batangnya berdiameter sekitar satu sampai satu setengah meter, ditebang, dipotong, panjangnya seukuran jenazah lalu dikerut bahagian dalamnya menjadi peti dari batang utuh. 

Batang bahgian ujung dijadikan papan penutup peti jenazah. Jadi ada kaitan makna filsafat dari legende pohon kemiri, membawa keselamatan selama pelayaran leluhur, menjadi 'rumah' tempat tinggal di daratan dan akhirnya menjadi 'rumah' untuk jenazah, membawa jenazah ini dalam rupa arwah berlayar kembali ke tanah asal.

Atas dasar inilah orang suku Buna' tidak berani menanam kemiri. Siapa berani menanam, berarti dia akan mati karena meminta kematian bagi  dirinya dan keluarganya. Kemiri yang sekarang ada di kebun-kebun, adalah hasil dari buah yang gugur dan dibiarkan tumbuh dengan sendirinya. 

Pohon yang sudah ada tidak pernah akan ditebang, kecuali untuk peti jenazah. Filsafat hidup ini berkaitan erat dengan legenda dan manfaat positif lain ialah lingkungan hidup terpelihara, hutan kemiri tetap terjaga, tidak dirusakkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun