Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pandan Hampir Punah

23 Juni 2020   10:54 Diperbarui: 23 Juni 2020   10:52 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT) ada satu jenis tumbuhan yang hampir punah, ialah: Pandan (Pandanus). Tahun 50-an penulis masih saksikan orang tua-tua di desa masih tanam pandan di sumber-sumber air. Batangnya dipotong dan ditanam. Dia tumbuh dan beranak-pinak menjadi rumpun besar.

Di pagar-pagar juga pandan ditanam karena batangnya lurus dan daunnya yang berduri menjadi penghalang hewan perusak tanaman. Pandan ini dimanfaatkan daunnya untuk berbagai macam anyaman. Daun yang sudah agak tua, dipotong, diraut hilangkan durinya dan dijemur. Sesudah kering, diiris tipis-tipis memanjang dan jadiah bahan untuk dijadikan anyaman.

Begitu banyak anyaman dibuat dari daun pandan. Mulai dari tikar, keranjang, tenasak, nyiru, topi sampai tas jinjing dibuat dari daun pandan. Ada ibu-ibu yang cukup kreatif, daun pandan yang kalau kering berwarna kuning muda, diwarnakan dengan zat pewarna dan jadilah berbagai hasil aneka warna.

Di rumah-rumah bahan makanan disimpan dalam keranjang-keranjang besar selama berbulan-bulan. Adanya anyaman berupa bakul berbentuk segi-empat, dibuat tutupnya dari anyaman juga, jadilah tas tempat menyimpan pakaian. Tempat suguhan sirih-pinang dibuat dari daun pandan. Jadilah benda adat untuk menerima tamu, diisi sirih-pinang dan bertukar suguhan.

Makanan berupa nasi dan daging irisan diisi dalam tenasak, yang berwarna polos untuk rakyat biasa, tenasak yang berwarna untuk para tua-tua adat atau bangsawan. Kuah daging diisi di talam, tapi nasi di tenasak.

Tikar pandan dibentangkan untuk dipakai sebagai alas tidur atau duduk. Setiap tamu yang datang langsung dipersilahkan duduk bersila di atas tikar pandan. Masyarakat tak dapat dipisahkan dari perabot hasil anyaman daun pandan.

Sayang, tanaman pandan sudah hampir punah. Barang-barang anyaman dari daun pandan menjadi langka. Para wisatawan domestik atau mancanegara sering sekali mencari cindra-mata berupa anyaman daun pandan ini, tapi jarang ditemukan. Tanpa sadar, masyarakat Timor memiskinkan diri sendiri baik secara  ekologis maupun kultural.

Pandan dapat menjadi pohon pelindung dan penahan longsor di sumber-sumber air. Di mana ada air rumpun pandan dapat hidup dan di mana ada rumpun pandan, sumber air tetap melimpah. Secara kultural, benda-benda adat yang biasa dibuat dari daun pandan sudah menjadi langka. Masyarakat beralih ke perabot dari plastik. Pengotoran lingkungan tak terhindarkan. 

Upaya penanaman pandan perlu digalakkan lagi. Masyarakat dan pemerintah sama-sama bertanggung-jawab untuk melestarikan lingkungan dengan  penanaman pohon pandan. Daunnya menjadi bahan anyaman yang mendatangkan uang, tetapi terutama menujukkan ciri khas budaya Timor.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun