Mohon tunggu...
Achmat Heri Dwijuwono
Achmat Heri Dwijuwono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tinggal di Gunungkidul, Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Puisi dan Politik: Ketika Felix Siauw (Mengaku) Terinspirasi Puisi Gus Mus

16 Maret 2019   19:24 Diperbarui: 17 Maret 2019   15:31 1619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Curhat pagi Ienas Tsuroiya pada tanggal 6 Desember 2018 | facebook.com/ienas.tsuroiya

-1987-

Puisi yang berusaha memberi suara bagi derita sunyi rakyat tertindas pada masa rezim Orde Baru berkuasa tersebut pernah masyhur pada masanya dulu. Tak terhitung kali dibaca sebagai semacam "lagu kebangsaan". Di kegiatan-kegiatan swadaya masyarakat. Yang berkehendak membuka sumbat kuping sang rezim. 

Puisi Gus Mus dikenal luas sebagai "puisi balsem". Memuat pesan kemanusiaan universal, wajarlah jika puisi nyelekit karena jujur menarasikan realita kehidupan yang memang pahit itu tak lekang oleh waktu. Tak aneh pula jika karya ulama kharismatik yang juga Pengasuh Ponpes Raudlatut Thalibin Rembang, Jawa Tengah itu tak putus-putus memantik inspirasi. Kepada generasi jadul maupun generasi kekinian.

Felix Siauw (Mengaku) Terinspirasi Puisi Gus Mus

Pada tanggal 3 Desember 2018, sehari setelah acara Reuni 212, Felix Siauw mengunggah status di akun instagramnya. Di caption foto acara "reuni politik" di Monas dan sekitarnya itu ia tuliskan larik-larik kata yang diberinya tajuk "Terinspirasi Puisi Gus Mus" sebagai deskripsinya. 

Unggahan Felix Siauw 3 Desember 2018 | www.instagram.com/felixsiauw
Unggahan Felix Siauw 3 Desember 2018 | www.instagram.com/felixsiauw
Bagi yang mengalami kesulitan membaca tangkapan layar, paragraf-paragraf berikut ini adalah alih tulisnya.

Terinspirasi Puisi Gus Mus
Oleh: Felix Siauw

Kau ini bagaimana? Kau bilang yang datang 212 takkan banyak peminatnya, saat yang datang membludak kau bilang buih saja

Kau ini bagaimana? Kau katakan reuni 212 itu radikal, tapi kau sendiri mengancam tak pakai akal. Kau suruh kami hargai beragam, kau sendiri main ancam

Kau ini bagaimana? Kau bilang bebas berpendapat, aku datang 212 kau tuduh aku dibayar, aku tak datang 212 kau klaim persatuan sudah bubar

Kau ini bagaimana? Kau suruh aku untuk percaya dan yakin padamu, tapi Monas dan jalan-jalan penuh manusia kau bilang hanya hadir 40 ribu

Kau ini bagaimana? Aku angkat merah putih kau curigai, aku angkat kalimat tauhid kau tuduh aku tak cinta negeri, aku tak angkat apapun kau bilang nuraniku sudah mati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun