Berkat lukamu yang memerah putih kami
hari ini bisa hidup di bentang tumpah darah ini
s'bagai satu nama Indonesia
RayaÂ
Berkat gugurmu yang berani lagi suci kami
hari ini bisa hirup udara di sekujur nusantara
s'bagai manusia lepas belenggu bebas
merdekaÂ
Berkat agung cita-citamu jauh ke masa depan kami
hari ini bisa panjat pinang di setiap kelurahan
s'bagai semut pinggiran dipesona gula-gula lomba
tujuhbelasanÂ
Berkat kucuran darah yang membuatmu syuhada kami
hari ini bisa memajang baliho sepanjang jalan
s'bagai perampok dipulas ratu adil
pilkadaÂ
Berkat tekadmu menyatu bangsa mengabai segala beda alamiah kami
hari ini bisa memuas hasrat berkelahi dengan segala nyata dan maya
s'bagai kecebong dan kampret
pilpresÂ
Berkat pengharapanmu bagi setiap bayi yang berhak lahir kami
hari ini bisa bicara apa saja tentang apa saja
s'bagai katak dalam tempurung
demokrasi
Lalu dengan segala cela ini kami busungkan ke langit tertinggi
masihkah layak kami menempati tekuk lututmu
di hadapan Allah
memohonkan ampun?
Gunungkidul, 9 Maret 2019
Achmat Heri Dwijuwono
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H