"Pernah merasa tulisanku sekadar lewat saja?"
Kadang, aku duduk menatap layar, menggulir artikel demi artikel di platform menulis kesayanganku. Ada artikelku di sana, terselip di antara karya-karya lain. Tapi, seperti anak sekolah yang tidak dipanggil maju ke depan saat pengumuman lomba, aku merasa tulisanku hanya menjadi penonton. "Kok, bukan aku yang dapat label artikel pilihan kali ini?" Sebuah pertanyaan sederhana, tapi cukup menusuk ke dalam hati.
Label artikel pilihan memang bukan tujuan utama saat menulis, tapi, siapa yang tidak senang diakui? Mendapatkan label itu rasanya seperti hadiah kecil yang menyemangati---tanda bahwa apa yang kutulis dianggap menarik dan bermanfaat. Tapi, akhir-akhir ini, label itu terasa seperti bintang jatuh: terlihat, tapi sulit diraih.
Antara Harapan dan Kenyataan
Aku sering bertanya-tanya, apa sih sebenarnya kriteria artikel pilihan? Apakah karena tulisanku terlalu sederhana? Atau mungkin temanya kurang unik? Kadang, pertanyaan itu berubah jadi keraguan: sereceh itukah tulisanku sampai admin tidak melirik? Tapi, aku tahu, itu hanya suara kecil dari sisi diriku yang sedang patah hati.
Menulis adalah dunia yang penuh dinamika. Ada hari-hari di mana kata-kata mengalir seperti air terjun, dan ada pula momen-momen ketika aku merasa semua ideku basi. Ketika tulisan sudah selesai, aku berusaha mengeditnya dengan hati-hati, memastikan setiap kata, paragraf, dan kalimat berfungsi. "Ini pasti bagus," pikirku. Tapi kemudian, ketika label artikel pilihan itu tak kunjung datang, aku mulai meragukan semua usaha itu.
Semangat yang Tidak Pernah Padam
Namun, di balik semua patah hati kecil itu, aku selalu ingat alasan utama kenapa aku menulis. Bukan untuk label, bukan juga untuk pengakuan semata, tapi karena aku ingin berbagi. Ada keasyikan tersendiri dalam menuangkan ide, pengalaman, dan cerita ke dalam tulisan, meski hanya segelintir orang yang membacanya.
Aku selalu percaya, setiap tulisan punya pembaca setianya, bahkan jika hanya satu atau dua orang. Mungkin, tulisan kita menjadi jawaban dari pertanyaan yang selama ini mereka cari. Mungkin, pengalaman sederhana yang kubagikan bisa membuat seseorang merasa tidak sendirian.
Label artikel pilihan hanyalah penghargaan tambahan, seperti icing di atas kue. Tanpa icing pun, kue tetap enak untuk dinikmati, bukan?