Di antara jeda kata
ada aku dan kamu yang tak selesai
Semesta menggurat garis
namun waktu melipatnya jadi abu
Aku menulis rindu
kau membaca sunyi
Lembar-lembar ini bukan surat
hanya nyawa yang terhimpit aksara
Dulu kita percaya
puisi bisa menghidupkan
segala yang patah dan gugur
Namun, kini kita tahu
puisi hanya melestarikan kehilangan
Di bait ini
kau menjadi "mungkin,"
dan aku tetap "nanti."
Tak ada yang berubah
kecuali jarak yang semakin pandai bersembunyi
di sela baris-baris
Kita tertinggal
bukan karena tak bergerak
tapi karena enggan mengucap akhir
Biarlah hujan memecah malam
biarlah pagi datang tanpa salam
Kita adalah perih yang abadi
dalam bingkai puisi
Tak pernah pergi
tapi tak pernah pulang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H