Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Remaja Jompo: Mengejar Mimpi atau Menjaga Hidup?

19 Desember 2024   21:27 Diperbarui: 19 Desember 2024   21:27 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/photos/entrepreneur-computer-men-office-2326419/


Pernahkah sahabat kompasiana merasa badan mulai protes, padahal umur masih di bawah 30? Pegal di pundak, tidur tak nyenyak, kepala nyut-nyutan, dan rasanya energi habis bahkan sebelum hari dimulai. Fenomena ini sering disebut remaja jompo---istilah gaul untuk menggambarkan kondisi fisik anak muda yang mulai menua sebelum waktunya. Ironisnya, semua ini sering kali datang dari ambisi kita sendiri: mengejar karier, membangun nama, dan mencari "kesuksesan" di kota besar.

Tapi, pernahkah terlintas pertanyaan, apa artinya semua itu kalau badan dan pikiran sudah tak sanggup lagi?

Antara Impian dan Kenyataan

Kita semua punya mimpi. Bekerja di perusahaan besar, naik jabatan, punya karier cemerlang, atau bahkan membangun bisnis sendiri. Terutama di kota besar, persaingan terasa seperti maraton tanpa garis finish. Kita diajarkan bahwa bekerja keras adalah jalan menuju kesuksesan, dan sering kali "hard work pays off" menjadi mantra sehari-hari.

Namun, ada harga yang harus dibayar. Kerja lembur, kurang tidur, skip makan sehat, hingga waktu istirahat yang minim membuat tubuh kita pelan-pelan menyerah. Tak jarang, rutinitas ini justru menciptakan generasi muda yang secara fisik terlihat bugar, tetapi secara mental dan emosional kelelahan.

Apa yang Salah?

Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan ambisi. Masalahnya adalah cara kita mengejarnya. Di era serba cepat ini, ada tekanan besar untuk selalu produktif. "Kalau nggak sibuk, berarti nggak maju," begitu kira-kira stigma yang sering muncul. Alhasil, banyak dari kita yang merasa bersalah ketika mengambil waktu untuk istirahat atau menikmati hidup.

Namun, manusia bukan mesin. Tubuh dan pikiran kita punya batasan. Sayangnya, batasan ini sering kali diabaikan demi target-target yang terlihat bagus di atas kertas.

Kualitas Hidup yang Terlupakan

Ketika kita terlalu fokus pada karier, kualitas hidup sering jadi prioritas kedua. Padahal, kesehatan fisik dan mental adalah fondasi dari semua hal. Apa gunanya punya gaji besar atau posisi tinggi kalau setiap harinya kita merasa lelah, stres, dan kehilangan kebahagiaan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun