"Pernah merasa hidup habis di jalan?"
Bayangkan ini: alarm berbunyi pukul lima pagi, dengan mata setengah terbuka Anda bersiap, lalu bergegas mengejar kereta atau mengendarai motor dalam perjalanan dua jam menuju kantor. Pulang? Sama saja. Dua jam lagi dihabiskan di kemacetan, di tengah suara klakson dan kepulan asap kendaraan. Total, empat jam sehari, 20 jam seminggu, 80 jam sebulan habis hanya untuk bolak-balik bekerja.
Bagi sebagian pekerja, skenario ini adalah kenyataan sehari-hari. Namun, di balik rutinitas ini, ada pertanyaan besar: Apa dampaknya bagi kesehatan kita?
Di balik Perjalanan Panjang: Apa yang Terjadi pada Tubuh Kita?
Perjalanan jauh ke kantor bukan sekadar masalah waktu. Dampaknya jauh lebih serius dari yang kita duga, mulai dari stres kronis hingga masalah kesehatan fisik. Menurut sebuah penelitian dari University College London, perjalanan panjang---terutama yang melebihi satu jam per hari---berisiko memengaruhi kesehatan mental dan fisik secara signifikan.
1. Stres Kronis
Berdesakan di transportasi umum, menghadapi kemacetan, atau dikejar waktu bisa memicu stres berulang. Dalam jangka panjang, stres ini bukan hanya membuat kita cepat marah, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit seperti hipertensi, diabetes, hingga penyakit jantung.
Menurut American Institute of Stress, perjalanan panjang yang penuh tekanan meningkatkan kadar hormon kortisol. Jika ini terus terjadi, tubuh tidak sempat pulih, yang bisa berdampak pada kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan.
2. Masalah Punggung dan Postur Tubuh
Posisi duduk yang salah selama berjam-jam dalam kendaraan, ditambah kurangnya gerak, menjadi penyebab utama masalah punggung. Apalagi jika kita menggunakan kendaraan pribadi dan tidak mendapatkan dukungan ergonomis yang baik.
Seorang ahli kesehatan menyebutkan bahwa "duduk terlalu lama adalah kebiasaan baru yang berbahaya." Dampaknya? Dari nyeri punggung bawah, gangguan pada tulang belakang, hingga risiko degenerasi sendi.
3. Kurangnya Aktivitas Fisik
Empat jam dihabiskan di jalan berarti lebih sedikit waktu untuk berolahraga atau sekadar bergerak. Kurangnya aktivitas fisik ini sering dikaitkan dengan risiko obesitas, gangguan metabolisme, dan penyakit kronis lainnya seperti diabetes tipe 2.
Sebuah studi dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa orang yang menghabiskan lebih dari dua jam sehari dalam perjalanan memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih rendah, sehingga rentan mengalami berbagai penyakit degeneratif.
Ketidakseimbangan Hidup: Dampak pada Kesehatan Mental
Bukan hanya fisik yang merasakan dampaknya. Perjalanan panjang ke kantor juga memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan. Coba hitung: waktu yang dihabiskan di jalan berarti lebih sedikit waktu untuk keluarga, hobi, atau bahkan tidur.
Waktu Tidur yang Berkurang
Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pekerja jarak jauh kehilangan satu hingga dua jam waktu tidur setiap malam. Kurangnya tidur ini tidak hanya membuat tubuh mudah lelah, tetapi juga berdampak pada produktivitas dan suasana hati.
Burnout yang Mengintai
Ketika hari-hari dihabiskan di jalan dan di kantor, tubuh dan pikiran tidak mendapatkan cukup waktu untuk istirahat. Kondisi ini memperbesar risiko burnout, kondisi kelelahan fisik dan mental yang parah.
Bagaimana Menangani Dampaknya?
Apakah pekerja jarak jauh harus pasrah? Tidak juga. Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengurangi dampak buruk perjalanan panjang ini.
1. Manfaatkan Teknologi: Remote Working atau Hybrid Working
Bekerja dari rumah (remote working) atau menggunakan sistem hybrid bisa menjadi solusi bagi banyak pekerja. Dengan sistem ini, perjalanan panjang bisa dikurangi, sehingga tubuh memiliki waktu lebih banyak untuk beristirahat dan bergerak.
2. Ciptakan Kebiasaan Sehat di Perjalanan
Jika perjalanan panjang tidak bisa dihindari, cobalah untuk membuatnya lebih "sehat." Misalnya:
* Gunakan waktu di transportasi umum untuk melakukan meditasi ringan atau mendengarkan musik relaksasi.
* Pilih kendaraan yang memungkinkan kita bergerak atau melakukan peregangan ringan.
* Gunakan backpack yang ergonomis untuk mencegah cedera punggung.
3. Tingkatkan Aktivitas Fisik
Carilah cara untuk bergerak lebih banyak, bahkan di tengah jadwal sibuk. Bisa dengan berjalan kaki saat makan siang, naik-turun tangga di kantor, atau melakukan peregangan setiap jam.
4. Evaluasi Rutinitas Harian
Terkadang, kita terjebak dalam rutinitas tanpa menyadari bahwa ada alternatif yang lebih baik. Apakah mungkin mencari tempat tinggal yang lebih dekat ke kantor? Atau, adakah transportasi alternatif yang lebih cepat? Evaluasi ini bisa membuka peluang untuk mengurangi beban perjalanan.
Jadi, Apakah Semua Ini Seimbang?
Mempertimbangkan risiko jangka panjang dari perjalanan panjang, kita harus bertanya: apakah waktu dan tenaga yang dihabiskan di jalan sebanding dengan manfaat yang kita dapatkan? Bekerja keras memang penting, tetapi menjaga kesehatan jauh lebih penting.
Satu hal yang perlu diingat: hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan hanya di jalan. Jika perjalanan panjang mulai menguras kebahagiaan kita, mungkin saatnya mempertimbangkan perubahan---entah itu pada pola kerja, gaya hidup, atau prioritas kita.
Hidup bukan tentang seberapa jauh kita pergi, tetapi tentang bagaimana kita menikmatinya. Jadi, jangan biarkan perjalanan panjang mempersingkat usia kita. Cari cara untuk menyeimbangkan semuanya, karena pada akhirnya, kesehatan adalah investasi terbaik.
Semoga Bermanfaat
F. Dafrosa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H