• Kenali setiap siswa secara personal. Tunjukkan minat pada cerita atau kehidupan mereka di luar sekolah.
Mengatasi Tantangan sebagai Fasilitator
Tentu saja, menjadi fasilitator yang inklusif bukan tanpa tantangan. Guru sering kali menghadapi tekanan kurikulum, waktu yang terbatas, atau kelas yang terlalu besar. Namun, dengan langkah kecil, perubahan bisa terjadi.
Misalnya, memulai dengan mendengarkan siswa lebih baik atau mencoba satu metode baru dalam sebulan. Kesadaran dan usaha untuk terus belajar adalah kunci menjadi fasilitator yang lebih baik.
Guru sebagai Pelita untuk Masa Depan
Seorang guru yang inklusif tidak hanya mengajar ilmu pengetahuan, tetapi juga membangun karakter, kepercayaan diri, dan empati dalam diri siswa. Dengan menciptakan ruang belajar tanpa rasa takut, mereka menjadi pelita yang menerangi jalan siswa menuju masa depan.
Jadi, apakah kita siap untuk menjadi guru yang mendengar, memahami, dan mendukung? Karena ketika siswa merasa dihargai, pembelajaran bukan lagi kewajiban, melainkan sebuah perjalanan yang menyenangkan.
Semoga bermanfaat
F. Dafrosa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H