Hujan mengetuk jendela dengan lembut
membawa aroma tanah yang basah
seperti membawa kenangan yang tak pernah usai
kamu datang lagi meski hanya dalam bayang
Tiap tetes yang jatuh
seolah menyebut namamu tanpa henti
Angin yang dingin menyelimuti kulit
menghidupkan kembali hangatnya hadirmu (dulu)
Hujan adalah surat yang tak pernah terkirim
penuh kata-kata yang tak pernah terucap
Ia mengembalikan suara tawamu
mengisi sunyi dengan gema yang kukenal baik
Mengapa hujan tak pernah lelah
membawa serpihan cerita yang telah usang?
Apakah ia tahu bahwa aku masih menunggu
atau hanya ingin menguji hati yang rapuh?
Di bawah langit kelabu ini
aku kembali tersesat dalam ingatan
Hujan bukan hanya air yang jatuh
tapi kamu yang selalu pulang lewat rintiknya
Jika saja hujan bisa berhenti sejenak
mungkin aku bisa belajar melupakan
Namun, setiap ia datang
kamu selalu menemukan jalan kembali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H