Pernah nggak sih, saat keran bocor sedikit atau pintu macet, kita langsung berpikir, “Panggil tukang aja deh!”? Kalau iya, mungkin sahabat kompasiana tidak sendirian. Di zaman yang serba praktis seperti sekarang, memanggil tukang untuk hal-hal kecil sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian besar orang. Tapi sebenarnya, ini kebiasaan atau memang kebutuhan?
Praktis atau Malas?
Bayangkan ini: Kita sedang asyik menikmati akhir pekan di rumah, lalu tiba-tiba ada lampu kamar yang mati. Skenario pertama, kita langsung membuka YouTube, mencari tutorial, mengambil obeng, dan mencoba memperbaikinya sendiri. Skenario kedua, kita membuka aplikasi jasa, memilih tukang, dan masalah selesai dalam hitungan jam. Nah, mana yang lebih sering dipilih?
Kenyataannya, banyak dari kita cenderung memilih opsi kedua. Alasan utamanya sederhana: efisiensi waktu dan hasil yang lebih pasti. Tapi di balik itu, ada stigma yang diam-diam tumbuh, yaitu “buat apa repot kalau ada yang bisa mengerjakan?” Pertanyaannya, apakah ini bentuk kemalasan atau memang bentuk prioritas modern?
Kebutuhan Zaman Modern
Di kota-kota besar, memanggil tukang adalah solusi yang sangat logis. Kita hidup di era serba cepat, di mana waktu dianggap lebih berharga daripada uang. Bekerja seharian, menghadapi kemacetan, dan tetap harus memenuhi kebutuhan rumah tangga sering kali membuat tenaga dan waktu terasa sangat terbatas. Jadi, memanggil tukang untuk memperbaiki keran bocor atau pintu rusak menjadi keputusan yang praktis.
Namun, pola ini tidak hanya muncul karena gaya hidup yang sibuk. Layanan jasa tukang sekarang lebih mudah diakses. Aplikasi seperti Gojek, Grab, atau aplikasi khusus seperti Sejasa dan Tukang.id menawarkan berbagai layanan rumah tangga hanya dengan beberapa klik. Jadi, kenapa harus repot mencoba sendiri kalau ada yang bisa melakukannya lebih cepat dan profesional?
Generasi yang Kurang Terampil?
Di sisi lain, kebiasaan ini memunculkan kekhawatiran bahwa generasi saat ini makin kehilangan keterampilan dasar memperbaiki sesuatu. Coba ingat, ayah atau kakek kita dulu pasti punya kotak peralatan lengkap di rumah dan selalu siap sedia memperbaiki apa saja, mulai dari keran bocor hingga lampu mati.
Sekarang, situasinya sedikit berbeda. Banyak dari kita bahkan tidak tahu cara menggunakan kunci inggris atau bedanya obeng plus dan minus. Hal ini bisa jadi karena perubahan pola pendidikan atau karena kemudahan akses terhadap layanan jasa. Apa pun alasannya, keterampilan dasar seperti ini pelan-pelan tergerus.