Dua jam kemudian, penghitungan suara dimulai. TPS 07 yang biasanya damai berubah menjadi pusat perhatian ketika hasilnya diumumkan.
"Nomor satu: 5 suara. Nomor dua: 4 suara. Nomor tiga..." suara Mas Yoga tiba-tiba gemetar, "...25 suara."
Pak RT langsung berdiri. "Apaaa? Nomor tiga? Yang itu, kan, si Pak Hasan? Bukannya dia nggak ikut kampanye karena sibuk pelihara ayam?"
Keributan langsung pecah. Warga saling berbisik, mengerutkan kening, dan sebagian tertawa kecil.
"Pak Hasan itu siapa, sih?" tanya Ibu Tati yang duduk di bangku belakang.
"Yang rumahnya di pojokan, depan kandang ayam itu, loh," jawab Pak Rahmat sambil berbisik.
"Oh, yang mukanya kayak artis sinetron zaman dulu?"
"Katanya, Bu Minah yang mulai. Dia coblos Pak Hasan karena paling ganteng," celutuk Mas Yoga.
Pak RT memijit pelipisnya. "Ini pasti salah paham. Mana mungkin warga satu TPS kompak milih Pak Hasan cuma gara-gara ganteng?"
Di rumahnya yang sederhana, Pak Hasan sedang menabur jagung untuk ayam-ayamnya ketika segerombolan warga datang membawa berita heboh.
"Selamat, Pak Hasan! Anda menang di TPS 07!" teriak Bu Minah dari jauh sambil melambaikan tangannya.