"Pernahkah ibu bapak bertanya-tanya, apa yang orang lain ingat dari cara kita berbicara atau menulis?" Â
 Jika jawabannya belum, mari kita mulai dari sini. Sebagai guru, saya sering bertanya-tanya: apakah bahasa yang saya gunakan di kelas atau saat berbicara dengan rekan kerja mencerminkan siapa saya?Â
Apakah pilihan kata, intonasi, dan cara menyampaikan materi membuat saya terlihat profesional, ramah, atau malah sebaliknya? Ternyata, bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga sebuah cerminan diri. Lebih dari itu, bahasa adalah personal branding—identitas yang kita bangun melalui kata-kata.
Bahasa: Lebih dari Sekadar Alat Komunikasi
Bahasa Indonesia, bagi sebagian orang, mungkin hanya dianggap alat untuk menyampaikan pesan. Namun, bagi seorang guru, bahasa adalah senjata utama. Cara saya menjelaskan konsep rumit kepada siswa, mengelola dinamika kelas, hingga memberikan motivasi adalah cerminan dari siapa saya sebagai pribadi dan profesional.
 Misalnya, ketika saya berbicara dengan siswa yang sedang kesulitan memahami materi, nada suara saya harus hangat, pilihan kata saya harus sederhana, tetapi tetap tegas.
Saya sadar bahwa setiap kata yang keluar dari mulut saya dapat memengaruhi bagaimana siswa memandang pelajaran—dan lebih penting lagi, bagaimana mereka memandang saya. Bahasa yang baik bukan hanya soal tata bahasa yang benar, tetapi juga soal bagaimana ia bisa menyentuh hati pendengarnya.
 Guru Sebagai Figur Publik di Sekolah
Tidak banyak yang menyadari bahwa guru adalah figur publik di lingkup sekolah. Setiap kalimat yang kita ucapkan, baik di dalam maupun di luar kelas, diperhatikan oleh siswa, orang tua, dan bahkan rekan kerja.Â
Bayangkan jika saya sebagai guru sering menggunakan kata-kata kasar atau tidak jelas saat mengajar. Apa yang akan terjadi? Bukan hanya kehilangan respek dari siswa, tetapi juga dari komunitas sekolah.