Pernahkah sahabat kompasiana bertanya-tanya, apa sih yang lebih bermanfaat untuk kesehatan mental kita---membaca buku self-improvement yang menginspirasi atau terhanyut dalam kisah-kisah fiksi yang penuh fantasi? Di zaman sekarang ini, buku-buku self-improvement memang sangat populer, menawarkan berbagai metode untuk mencapai hidup yang lebih baik, mengatasi kecemasan, atau bahkan menemukan makna dalam hidup. Di sisi lain, fiksi memberi kita kesempatan untuk "melarikan diri" sejenak dari kenyataan, menghidupkan imajinasi, dan bahkan terkadang membantu kita melihat hidup dari perspektif baru.
Mengapa Membaca Itu Penting bagi Kesehatan Mental
Sebelum membandingkan dua jenis buku ini, mari kita pahami dulu kenapa membaca, secara umum, baik untuk kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa membaca, baik fiksi maupun non-fiksi, membantu mengurangi stres, meningkatkan fokus, dan bahkan meningkatkan kemampuan empati. Ketika membaca, otak kita sibuk mengolah informasi, membayangkan latar cerita, atau memecahkan konflik karakter, yang secara tidak langsung melatih otak kita untuk menghadapi tantangan sehari-hari. Bahkan, menurut sebuah studi di Journal of Clinical Psychology, aktivitas membaca selama enam menit sudah cukup untuk menurunkan tingkat stres sebanyak 68%.
Namun, pertanyaannya, apakah membaca self-improvement benar-benar membantu kita menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri? Dan, apakah membaca fiksi hanyalah hiburan kosong tanpa manfaat konkret?
Mengenal Manfaat Membaca Self-Improvement
Buku-buku self-improvement memiliki fokus utama untuk membantu pembaca menemukan cara yang lebih efektif untuk menjalani hidup. Dari meningkatkan produktivitas, menemukan kebahagiaan, hingga mengelola stres, buku ini sering kali memberi kita strategi langsung yang bisa diterapkan. Berikut beberapa manfaat membaca buku self-improvement untuk kesehatan mental:
1. Memotivasi untuk Mengubah Pola Pikir Â
  Salah satu tujuan utama buku self-improvement adalah mengajak pembacanya untuk berpikir positif dan mengubah pola pikir negatif. Buku seperti Atomic Habits karya James Clear, misalnya, membantu pembaca memahami bahwa perubahan kecil dalam kebiasaan bisa membawa dampak besar bagi hidup mereka. Ini bisa sangat bermanfaat bagi kesehatan mental karena mengajarkan kita untuk fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan, daripada terjebak dalam pola pikir negatif.
2. Memberikan Alat untuk Mengatasi Tantangan
  Buku self-improvement sering kali dilengkapi dengan strategi atau teknik khusus untuk menghadapi masalah sehari-hari, seperti mengelola stres, kecemasan, atau meningkatkan kepercayaan diri. Membaca buku seperti The Power of Now karya Eckhart Tolle, misalnya, mengajarkan kita untuk hidup di saat ini, membantu mengurangi kecemasan berlebihan yang sering kali berakar dari pemikiran tentang masa depan.
3. Mengembangkan Kebiasaan Positif
  Buku self-improvement juga mendorong kita untuk membangun kebiasaan positif, yang pada gilirannya berpengaruh terhadap kesehatan mental kita. Sebuah studi menemukan bahwa membangun rutinitas harian yang sehat dapat mengurangi gejala depresi dan meningkatkan kesejahteraan psikologis secara keseluruhan. Ketika kita membaca dan menerapkan hal-hal dari buku-buku seperti ini, kita belajar cara mengatur hidup kita sendiri dengan lebih baik, yang pada akhirnya membuat kita merasa lebih percaya diri dan termotivasi.