Aku temukan seragammu, ayah
berdebu dalam lemari tua
Kainnya sudah lapuk
warnanya pudar
tapi lengan bajunya tetap panjang Â
seperti tanganmu yang selalu merangkul
Kukenakan sebentar
hanya untuk merasakan Â
berat beban yang kau pikul
meski hanya sejenak Â
kupahami artimu
Seragam itu berbau peluh
keringat yang tak pernah kau keluhkan
Di sela-sela lipatannya
tersembunyi kenangan
waktu kau pulang larut
sorot matamu lelah
tapi senyummu selalu utuh
Aku berdiri di depan cermin
terlihat bayanganmu dalam diriku
Kupikir, betapa jauh jalan yang kau tempuh
tanpa tanda pahlawan di pundak
tanpa medali di dada
hanya sepi yang setia Â
menemani malam-malam panjangmu
Dan aku tahu
seragammu bukan hanya sekadar kain
ia adalah mimpi-mimpi yang kau tunda
cita-cita yang kau pasrahkan
agar aku bisa melangkah lebih ringan
Ayah, kini kumengerti
di balik kesederhanaanmu
ada laut yang luas
dan aku hanyalah perahu kecil Â
yang berlayar di atas cintamu
berharap suatu hari bisa menjadi Â
seperti dirimu
walau seragamku nanti Â
takkan pernah seberat seragammu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H