Ibu, Â
di ruang-ruang sepi malam
Kau tetap bangun menjemput langkah-langkah yang lelah
menghalau gerimis dari tubuhku yang basah
Di sana
di kursi tua berderit
kau duduk menunggu dengan doa-doa yang kau simpan di sudut mata
seperti jendela yang tak pernah sepenuhnya tertutup
menunggu aku pulang dari perjalanan yang tak pernah usai
Ibu, Â
aku datang dengan dada yang penuh debu Â
dengan luka yang tak bisa kuceritakan
kau tak bertanya
tak mendesak
hanya menatapkuÂ
dengan senyuman kecil yang selalu tenang
Engkau tahu, Ibu?
aku sering lari
bersembunyi dari pelukmu
mengira dunia begitu luas dan menjanjikan
namun, tiap kali langkahku buntu
kau selalu jadi peta yang kusimpan dalam dada
Ibu, Â
tempatku berlari pulang
tempat di mana hari-hari pulang dengan tenang
tempat segala yang hilang kembali di temukan
kau adalah rumah yang tak pernah letih menunggu Â
meski aku berulang kali meninggalkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H