Kekerasan di sekolah menjadi salah satu masalah yang kian mengkhawatirkan di Indonesia. Menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), jumlah kasus kekerasan terhadap anak di lingkungan pendidikan terus meningkat setiap tahun.Â
Pada tahun 2023, KPAI mencatat sebanyak 2.512 kasus kekerasan anak di sekolah, termasuk kekerasan fisik, verbal, hingga bullying secara daring.Â
Ini menandakan bahwa lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi tempat yang aman, sering kali justru menjadi sumber trauma bagi sebagian anak.
Berbagai program pencegahan kekerasan di sekolah biasanya berfokus pada siswa, seperti sosialisasi tentang anti-bullying dan kampanye peningkatan kesadaran.Â
Meski langkah-langkah tersebut penting, banyak yang lupa bahwa siswa tidak dapat menangani masalah ini sendiri. Guru dan orang tua sebagai pihak terdekat yang sering berinteraksi dengan anak harus dilibatkan secara aktif.Â
Kekerasan di sekolah bukan hanya tanggung jawab satu pihak, melainkan perlu diatasi secara komprehensif dengan memperkuat kemampuan guru dan orang tua dalam mendeteksi, mencegah, dan menangani kekerasan sejak dini.
Pentingnya Pelatihan bagi Guru
Guru memegang peranan penting dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi siswa. Sayangnya, banyak guru yang belum mendapatkan pelatihan khusus terkait penanganan kekerasan di sekolah.Â
Menurut survei yang dilakukan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) tahun 2022, hanya 30% dari guru di Indonesia yang pernah mengikuti pelatihan mengenai pencegahan kekerasan atau bullying di sekolah.Â
Ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru belum siap secara mental dan pengetahuan untuk mendeteksi dan menangani kekerasan secara efektif.
Oleh karena itu, sangat penting bagi sekolah untuk mengadakan program pelatihan intensif bagi guru. Pelatihan ini tidak hanya mengajarkan tentang bagaimana menangani kekerasan yang sudah terjadi, tetapi juga bagaimana mencegahnya sejak awal.Â
Guru harus dilatih untuk lebih peka terhadap perubahan perilaku siswa, seperti siswa yang tiba-tiba menjadi pendiam, sering absen, atau menunjukkan penurunan prestasi akademik.Â
Tanda-tanda ini bisa menjadi indikasi adanya tekanan atau kekerasan yang dialami siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Selain itu, pelatihan ini juga harus mencakup keterampilan komunikasi yang baik dengan siswa. Banyak siswa yang enggan melaporkan kekerasan yang dialaminya karena merasa takut atau tidak percaya bahwa guru akan menindaklanjutinya dengan serius.Â
Jika guru mampu membangun hubungan yang aman dan terbuka dengan siswa, mereka akan lebih mudah mengetahui permasalahan yang terjadi dan dapat mengambil langkah cepat untuk mencegah terjadinya kekerasan lebih lanjut.
Orang Tua sebagai Garda Terdepan
Tidak hanya guru, orang tua juga memiliki peran yang tidak kalah penting dalam pencegahan kekerasan di sekolah. Sayangnya, banyak orang tua yang belum menyadari pentingnya keterlibatan mereka dalam menangani masalah kekerasan ini.Â
Sebuah studi oleh Save the Children Indonesia pada tahun 2022 menunjukkan bahwa sekitar 45% orang tua tidak tahu bagaimana cara mendeteksi tanda-tanda anak mereka menjadi korban atau pelaku kekerasan.
Program pelatihan bagi orang tua harus menjadi bagian integral dalam strategi pencegahan kekerasan di sekolah. Melalui pelatihan ini, orang tua bisa belajar untuk lebih tanggap terhadap perubahan emosi dan perilaku anak mereka di rumah.Â
Misalnya, jika anak mereka mulai menunjukkan kecenderungan agresif, sering merasa cemas, atau bahkan menarik diri dari interaksi sosial, ini bisa menjadi sinyal bahwa anak sedang mengalami tekanan di sekolah.
Pelatihan bagi orang tua juga harus mencakup cara mendampingi anak dalam menghadapi kekerasan atau bullying, termasuk memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan anak.Â
Orang tua sering kali tidak menyadari bahwa cara mereka merespons masalah anak bisa mempengaruhi proses pemulihan anak. Dengan pelatihan yang tepat, orang tua akan lebih siap untuk memberikan rasa aman dan percaya diri kepada anak-anak mereka.
Kerja Sama Semua Pihak untuk Lingkungan Sekolah yang Aman
Pencegahan kekerasan di sekolah tidak bisa hanya dibebankan pada siswa atau satu pihak saja. Semua pihak---siswa, guru, dan orang tua---harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari kekerasan.
Selain itu, pemerintah dan lembaga pendidikan perlu memainkan peran aktif dalam memfasilitasi program-program pelatihan ini secara berkesinambungan.
Upaya pencegahan ini tidak hanya akan membuat lingkungan sekolah menjadi lebih aman, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.Â
Ketika siswa merasa aman, mereka bisa belajar dengan lebih baik, berinteraksi dengan teman-temannya secara positif, dan mencapai potensi akademis mereka yang maksimal.Â
Di sisi lain, guru yang terlatih dan orang tua yang tanggap juga akan lebih mampu mendukung perkembangan psikologis dan emosional anak-anak mereka.
Kekerasan di sekolah adalah masalah serius yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan fokus pada siswa. Guru dan orang tua juga harus dibekali dengan keterampilan yang tepat untuk mendeteksi, mencegah, dan menangani kekerasan sejak dini.Â
Melalui program pelatihan yang terstruktur, baik guru maupun orang tua akan lebih siap dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak mereka, baik di sekolah maupun di rumah.Â
Pencegahan kekerasan bukanlah tugas individu, melainkan tanggung jawab bersama yang harus dihadapi oleh seluruh ekosistem pendidikan demi masa depan anak-anak yang lebih baik.
Kerja sama yang erat antara sekolah, guru, orang tua, dan pihak terkait, akan menciptakan generasi yang lebih tangguh dan lingkungan sekolah yang bebas dari kekerasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H