Namun, apa yang sering kali luput dari perhatian adalah pengorbanan emosional dan fisik yang terjadi. Rasa frustrasi akibat kemacetan, kelelahan karena harus berpindah-pindah tempat, hingga berkurangnya kualitas waktu bersama keluarga menjadi harga yang dibayar untuk mengejar validasi sosial. Apakah semua itu sepadan?
Tren atau Kebutuhan?
Pertanyaan yang mungkin perlu kita renungkan adalah: Mengapa kita begitu peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain tentang liburan kita? Apakah benar kebahagiaan kita diukur dari jumlah *like* atau komentar yang diterima dari unggahan foto liburan? Atau apakah kita secara tidak sadar terjebak dalam siklus pencitraan yang didorong oleh tren dan tekanan sosial?
Kebutuhan untuk diakui dalam masyarakat memang hal yang manusiawi. Namun, dalam konteks liburan, kita perlu kembali ke esensi utamanya: liburan adalah tentang mengambil jeda, bersantai, dan menikmati waktu. Media sosial bisa menjadi bagian dari itu, tapi seharusnya bukan tujuan utama.
Menemukan Kembali Makna Liburan
Dalam era yang serba digital ini, mungkin saatnya kita mempertanyakan kembali tujuan dari liburan kita. Alih-alih fokus pada pencitraan di media sosial, mengapa tidak menikmati momen tanpa beban ekspektasi? Mengunjungi tempat-tempat yang belum terlalu populer, menikmati waktu dengan keluarga tanpa harus memikirkan unggahan berikutnya, atau bahkan merencanakan liburan yang lebih sesuai dengan kebutuhan relaksasi kita.
Pada akhirnya, status sosial yang sesungguhnya bukanlah tentang seberapa sering kita liburan ke tempat populer atau seberapa bagus foto yang kita unggah. Status sosial yang sebenarnya adalah tentang bagaimana kita bisa menemukan kebahagiaan dalam keseimbangan antara dunia nyata dan dunia maya. Dan di situlah letak kebebasan yang sesungguhnya---ketika kita tidak lagi terikat oleh pandangan orang lain tentang kehidupan kita.
Liburan panjang berikutnya, mungkin kita bisa mencoba sesuatu yang berbeda: menikmati perjalanan untuk diri kita sendiri, bukan untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. Setuju?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H