Aku duduk di kursi ini
seperti pohon tua yang tak lagi rindang
Di balik mikrofon suara-suara itu bergaung, berlomba jadi pahlawan
padahal hanya angin lewat Â
di antara jendela yang setengah terbuka
Ada janji di atas meja
tapi rasanya seperti kertas kosongÂ
siap dibuang ke tong sampah
Senyum yang tergantung di sudut ruangan
menunggu giliran untuk dilupakan
Apakah suara ini benar-benar milikku? Â
Atau hanya gema yang tertinggal Â
dari sidang kemarin, sidang sebelum kemarin?
Di belakang podium
ada wajah-wajah yang pandai bersembunyiÂ
Mereka bicara dengan bahasa asing
Hanya dimengerti oleh kursi dan tembok
Aku menyimak dengan telinga Â
yang sudah lama lelah
tapi tetap saja
setiap kata seperti kilatan petir Â
yang tak pernah menyentuh tanah
Aku ingat
dulu pernah ada suara  yang ingin menumbuhkan pohon baru
Tapi sekarang
semua berubah jadi debu Â
ditiup ke segala arah
Tangan yang terangkat
menggenggam udara kosong
dan waktu berjalan di tempat Â
seperti jam yang rusak di dinding
Sidang berakhir
dan aku masih di sini
meninggalkan jejak langkah Â
yang tak pernah bergerak dari awal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H