Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pasar Kenangan

19 Agustus 2024   00:05 Diperbarui: 19 Agustus 2024   04:54 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayu mengerutkan dahi saat melihat pesan dari neneknya, yang masuk di WhatsApp. Di foto yang dikirimkan, neneknya berdiri di depan sebuah pasar tradisional dengan papan nama "Pasar Beringharjo" yang legendaris di Yogyakarta. Neneknya memegang keranjang anyaman yang biasa dipakainya untuk berbelanja. Di foto itu, sang nenek tampak tersenyum lebar, seolah sangat bangga berdiri di sana.

*“Ayu, temani Nenek ke pasar ini ya? Besok pagi kita berangkat. Nenek kangen ke sini.”*

Ayu menghela napas panjang. Dia baru saja selesai dengan pemotretan untuk konten Instagram-nya di sebuah kafe kekinian yang baru buka di kawasan Malioboro. Kafe itu begitu instagramable, dengan dekorasi modern dan pencahayaan sempurna. Ayu bisa membayangkan betapa fotonya di sana akan langsung mendatangkan ribuan 'likes'.

Tapi pasar tradisional? Ayu bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana tempat seperti itu bisa dijadikan latar foto yang menarik. Terlalu berantakan dan sangat tidak cocok dengan estetika feed Instagram-nya.

*“Nek, Ayu sibuk banget nih. Banyak kerjaan. Lagian, pasar kayak gitu kurang bagus buat dijadiin spot foto. Ayu bisa anter Nenek ke tempat lain aja yang lebih keren, gimana?”* balas Ayu.

Tak lama, ponsel Ayu bergetar lagi. Kali ini bukan pesan teks, tapi panggilan video dari neneknya. Dengan setengah hati, Ayu menjawab panggilan itu.

“Nenek ngerti kok, kamu sibuk. Tapi, kenapa kamu bilang pasar ini kurang bagus buat foto? Kamu tahu nggak, dulu Nenek sering ke sini sama almarhum kakekmu. Di pasar ini ada banyak kenangan indah kami,” jawab neneknya dengan suara lembut tapi tegas.

Ayu terdiam. Dia ingat betul cerita tentang kakeknya yang begitu disayangi nenek. Bagaimana kakek dan nenek dulu sering berbelanja di Pasar Beringharjo, membeli jajanan tradisional, dan menikmati waktu bersama di kota yang penuh kenangan itu.

“Nek, Ayu cuma pikir, pasar itu semrawut, nggak cocok buat foto-foto yang bagus,” kilah Ayu lagi, meski di dalam hatinya mulai muncul sedikit rasa bersalah.

“Pasar ini lebih dari sekadar tempat jualan, Yu. Ini bagian dari budaya kita, bagian dari sejarah keluarga kita. Kamu nggak mau lihat, ya? Mungkin kalau kamu ke sini, kamu akan ngerti kenapa pasar ini begitu spesial buat Nenek,” ujar neneknya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun