The Girl Who Saved The King of Sweden merupakan novel karya Jonas Jonasson, penulis novel terlaris The Hundred-Year-Old Man Who Climbed Out the Window and Disappeared.  Buku setebal 556 halaman ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2013. Walaupun sudah sembilan tahun berlalu sejak diterbitkannya tetapi, kisah dalam buku ini masih relevan dengan kondisi saat ini salah satunya terkait perjuangan dalam menjalani hidup. Â
Novel ini mengisahkan tentang Nombeko Mayeki yang digambarkan sebagai sosok pemberani, cerdik, dan memiliki gaya humor apa adanya. Dia adalah seorang gadis buta huruf kelahiran Soweto, sebuah perkampungan kumuh di Afrika Selatan. Dia ditinggalkan sang ayah sejak 20 menit setelah pembuahan terjadi dan hidup bersama sang ibu yang pecandu. Di usianya yang ke-10 tahun, ibunya pun meninggal akibat kecanduan tiner. Nombeko harus bertahan hidup dengan bekerja keras sebagai seorang pembersih toilet. Nombeko memiliki kemampuan luar biasa dalam berhitung serta kegigihan untuk belajar membaca yang melahirkan minat baca yang luar biasa besar. Berkat kemampuannya tersebut Nombeko berhasil menjadi manajer pembersih toilet. Tapi, jalan tidak selalu mulus ada banyak hal buruk yang menimpanya.
Nombeko akhirnya berhasil keluar dari Soweko dan pekerjaannya sebagai pembersih toilet, berbekal berlian peninggalan Thabo seorang pria genit yang mengajarinya membaca. Namun, malang nasibnya dia dilindas mobil di Johannesburg. Nasib ini yang mengantarnya ke instalasi nuklir di Pelindaba, satu jam ke utara Johannesburg. Nombeko dijatuhi hukuman untuk bekerja di instalasi nuklir tersebut karena membuat Insinyur Westhuizen menabrak dan melindasnya setelah dilaksanakan persidangan yang dipenuhi nepotisme dan kecurangan. Gadis itu bekerja sebagai petugas kebersihan. Peristiwa ini mempertemukannya dengan tiga wanita Tiongkok yang juga merupakan budak serta agen Mossad yang akan mengirimnya menuju Swedia.
Pada awalnya ketiga wanita Tiongkok itu menjaga jarak dengan Nombeko. Tetapi, karena bermain mahyong lebih menyenangkan jika dimainkan empat orang, maka bertemanlah mereka. Selain mengajari huruf-huruf dan simbol dalam permainan mahyong ketiga wanita itu mengajari Nombeko bahasa Tiongkok. Sementara itu Nombeko mengajari mereka bahasa Xhosa, bahasa yang dikenal Nombeko dari ibunya. Bahasa Tiongkok yang dimiliki Nombeko ini menjadi salah satu modal untuk bertemu dengan orang-orang penting dari Tiongkok dan karier gadis mantan penguras toilet.
Walaupun masih menggunakan diksi yang agak membingungkan namun, Â keseluruhan cerita dalam novel ini diramu dengan petualangan seru dan menyenangkan. Â Novel ini menjadi salah satu referensi bacaan yang menghibur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H