Mohon tunggu...
Ma`mar .
Ma`mar . Mohon Tunggu... -

membaca dan menulis. itu saja

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kolak Pisang dan Kematian

10 Desember 2010   00:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:52 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

05.15 setelah subuh Suaminya baru saja meninggal. Menemaninya memasak. Terbaring di kamar sholat yang terletak di samping dapur. Pakaian sholat masih lengkap. Baju koko putih tangan panjang, kain kota-kotak hitam, serta peci putih rajutan. Rohaya mengambil pisang uli satu sisir. Mengupasnya dengan pisau dan memotong miring kecil-kecil. Gula merah dia ceburkan hingga mencair pelan-pelan saat air mendidih. Disusul gula putih dan sepiring pisang dengan potongan kecil. Oiya suaminya sangat suka pandan. Dia cuci daun itu dan diceburkan bareng dengan santan. Tidak terdengar tangis yang menyayat. Hanya isak dengan satu butir titik air tertahan di ujung mata kiri dan kanan. Kolak pisang matang, butiran air hangat yang di ujung matanya meleleh dan jatuh membentuk aliran. *** "Jangan lupa baca surat tabarak setelah maghrib. Itu akan membantumu mengakhiri hidup dengan cepat. Tanpa derita. Dan mudah-mudahan sedang melakukan amal yang baik. Biar langsung masuk surga." Rohaya sering dengar kata-kata itu saat suaminya mengajar ngaji yang memang dilakukan di ruang depan rumahnya. "Kalu bisa memilih, aku lebih senang tidak berumur panjang. Tapi meninggal dengan tenang. Tanpa sakit dan menyusahkan banyak orang. Aku sangat mengharapkan kematian. Cepat-cepat lihat keabadian." Dan kata-kata ini selalu diucapkan bila mau tidur. "Jangan melulu bicara kematian," protes Rohaya. "Peristiwa paling pasti datang sekaligus sering dilupakan adalah kematian. Aku tidak mau termasuk orang yang lengah." *** 05.45 Masih terlihat asap dari mangkok kolak pisang yang baru saja matang. Rohaya duduk di samping jasad suaminya di kamar sholat. Dia ingin menikmati makan kolak pisang yang terakhir bersama suaminya. Syafii pernah bilang makanan kesukaanya adalah kolak pisang. Langit di timur mulai menguning. Rohaya ke luar rumah bilang pada tetangga. 04.30 Seperti biasa, meraka sholat subuh berjamaah. Rohaya tidak pernah punya firasat mencurigakan apapun  saat tiba-tiba Syafii tersekat tenggorokannya waktu baca doa selesai sholat subuh. Suaminya terjatuh dalam posisi sujud. **** 10 Desember 2010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun