Kondisi jalan trans Amfoang di Kabupaten Kupang, NTT saat ini masih dianggap sebagai medan yang relatif sulit bagi sebagian pengemudi kendaraan roda empat. Belum diaspal, banyak berlubang, berbatu di banyak titik. Pada banyak titik yang lain, ditutupi debu tebal saat kemarau. Debu tebal yang ada berubah menjadi lumpur tebal ketika jalanan basah diguyur hujan. Tak jarang, kendaraan harus ditarik beramai-ramai ketika rodanya terperangkap dalam lubang berlumpur tebal. Di banyak titik yang lain, kondisinya lebih ekstrim. Menanjak atau menurun tajam, sementara badan jalan dipenuhi lubang dan dilapisi lumpur tebal. Kendaraan bisa terbalik jika pengemudi tak lincah.
Beberapa waktu lalu sebelum tahun 2023, Jembatan Termanu yang ada di ujung Barat Amfoang juga memberi tantangan bagi banyak pengemudi. Salah satu tiang penyangga yang miring dan hampir roboh menyebabkan penampang jembatan di ujung barat ikut miring lebih dari 10 derajat. Seluruh penampang jembatan hampir dipenuhi lubang. Tak hati-hati, roda kendaraan bisa terperosok. Keberadaan buaya yang diketahui menghuni kolam di bawah jembatan membuat para pelintas juga takut tergelincir dan jatuh ke bawah jembatan.
Baru sekira akhir tahun 2022, ada jalan alternatif yang diusahakan oleh pemerintah kecamatan Amfoang Barat Daya sehingga pengemudi memiliki pilihan untuk tidak melintas di atas jembatan Termanu. Meski begitu, sebagian pengemudi yang terbilang berani dan terbiasa berburu dengan waktu tetap memilih melintasi jembatan untuk menghindari jalan alternatif yang memutar. Ini juga dilakukan Ati Ranti Taek, sopir cantik pengemudi truk merah berbak kayu yang aksinya sering memantik rasa kagum, penasaran, dan takut sekaligus dari pengguna jalan yang lain yang kebetulan melihat aksinya.
Dengan keyakinan diri yang tinggi, dibarengi kehati-hatian yang ekstra, sopir cantik ini masih sering melintas bersama truk merahnya di atas jembatan Termanu. Bisa dua atau empat kali dalam seminggu.
"Kami tidak berani melintas di atas jembatan Termanu, ini perempuan satu ternyata tidak takut." kagum salah satu sopir pria yang melihat aksinya melintasi jembatan Termanu beberapa waktu lalu.
Kepada penulis pada beberapa waktu lalu, Ati Ranti Taek bercerita, kadang-kadang ada yang terlihat tidak percaya ketika melihatnya berani melintasi jembatan Termanu.
"Ada yang berdiri dan merekam video, ada yang terlihat khawatir dan takut, ada yang memuji, ada yang angkat jempol." cerita Ati sambil tertawa.
Sopir cantik kelahiran tahun 1993 di Taklale, Kupang Timur ini bercerita, dirinya baru belajar mengemudi pada tahun 2016. Dia diajari suaminya, Yonri Theny yang menikahinya pada tahun 2011 lalu. Mulai lincah menyetir pada tahun 2018, Ati sudah dipercaya mengangkut barang dan penumpang oleh sang suami pada tahun 2019.
Awalnya, Ati menyopiri bus yang mengangkut penumpang ke kampung Bisifo, Faumes, Leonai, dan Oemolo di dalam wilayah kecamatan Amfoang Barat Laut. Bus tersebut milik pihak lain yang disopiri sang suami. Ati hanya membantu sang suami saat itu.
Selalu didampingi suami ketika menyetir, Ati jadi makin lincah. Dari kendaraan jenis bus, Ati berpindah ke Truk. Dikawani suami, Ati mulai berani menyetir dari dan ke Kupang untuk mengangkut berbagai muatan seperti semen, beton, maupun bahan bangunan jenis lain. Beras bantuan pemerintah yang disalurkan melalui Bulog juga menjadi langganan muatannya.