Latar Belakang
Sebelum pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia, sistem pembelajaran daring memang  sempat digalakan pemerintah dan beberapa sekolah terutamaerutama sekolah-sekolah di Ibu Kota telah melaksanakan sistem pembelajaran berbasis online. Namun, ketika pandemi masuk ke Indonesia ini, pemerintah terpaksa mengambil kebijakan bahwa semua sekolah wajib melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring dan non tatap muka. Bercermin dari kebijakan ini, tentunya ketidakmerataan kualitas pendidikan Indonesia menjadi kendala utama penerapan kebijakan ini, karena kesiapan peserta didik yang bersekolah di perkotaan berbeda sekali dengan peserta didik yang bersekolah di daerah pelosok maupun berdasar latar belakang ekonomi sang peserta didik. Teknologi merupakan hal yang terpenting dalam pembelajaran daring, teknologi tersebut diantaranya bisa berupa smartphone, laptop dan benda pendukung lainnya. Smartphone/gadget adalah hal yang paling umum digunakan peserta didik daripada laptop, karena lebih praktis dan banyak fitur canggihnya (Subiyakto, B., Susanto, H., & Akmal, H., 2019).
Model Tyler
Model Tyler merupakan teori yang menitikberatkan pada bagaimana merancang suatu kurikulum yang disesuaikan dengan tujuan dan misi suatu institusi lembaga pendidikan. Menurut Tyler ada empat hal yang dianggap fundamental untuk mengembangkan suatu kurikulum, yaitu :Â
- Pertama, berhubungan dengan rumusan tujuan pendidikan yang ingin dicapai
- Kedua, berhubungan dengan proses pengalaman mengajar terutama dalam menerapkan bahan ajar atau materi untuk mencapai tujuan
- Ketiga, berhubungan dengan pengorganisasian pengalaman belajar dan
- Keempat, berhubungan dengan pengembangan evaluasi.
Dengan demikian Model kurikulum Tyler ini merupakan model kurikulum yang dikembangkan atas empat komponen yaitu, rumusan tujuan, pengembangan materi sebagai konten, penggunaan strategi dan pelaksanaan evaluasi sebagai alat untuk mengukur serta mengambil suatu keputusan tentang yang akan di nilai.
Kurikulum Teknologis
Berangkat dari pemikiran Tyler di atas, terdapat korelasi yang positif antara ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan akan berdampak positif terhadap teknologi yang dihasilkan. Demikian pula sebaliknya, kemajuan teknologi juga berpengaruh besar terhadap perkembangan model konsep kurikulum. Kurikulum teknologis ini dikembangkan berdasarkan pemikiran teknologi pendidikan. Model ini sangat mengutamakan pembentukan dan penguasaan kompetensi, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya dan ilmu seperti pada pendidikan klasik. Model kurikulum teknolgi berorientasi pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Kurikulum teknologis ini juga menekankan pada isi kurikulum dimana suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih kecil sehingga akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang dapat diamati atau diukur. Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada beberapa dasar, yaitu:
- Prosedur pengembangan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh para pengembang kurikulum yang lain
- Hasil pengembangan yang berbentuk model barulah bisa diuji coba ulang, sehingga memberikan hasil yang sama
Transformasi Pembelajaran Online
Salah satu dampak dari pandemi Covid-19 yang dirasakan saat ini adalah terjadinya fenomena transformasi media pembelajaran dimana dulu pembelajaran lebih banyak menggunakan sistem secara tatap muka di dalam kelas. Tapi, karena adanya pandemi Covid-19 yang penularannya secara cepat melalui kontak langsung dengan penderita, maka di larang mengadakan perkumpulan, sehingga dunia pendidikan juga terkena imbas, oleh karena itu pembelajaran di lakukan secara online atau daring.
Pembelajaran daring yang diselenggarakan oleh guru kepada siswa menggunakan beberapa platform digital yang menarik dan tentunya membantu sekali untuk meningkatkan keefektifan belajar peserta didik selama masa pandemi ini. Beberapa platform digital tersebut yaitu Google Class Room, E-Learning, Zoom Cloud dan Google Meeting. Yang paling terkenal yaitu aplikasi Zoom Cloud. Ini karena aplikasi yang mudah diakses dan tampilannya tidak membingungkan, walaupun punya kekurangan antara lain menggunakan pemakaian data yang cukup banyak.
Oleh karena itu, kita tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak peserta didik yang memiliki latar belakang ekonomi menengah ke bawah dan tidak memiliki teknologi pendukung seperti laptop ataupun gawai/smartphone. Selain itu nasib peserta didik yang bertempat tinggal di daerah pelosok juga dikhawatirkan, karena tentunya fasilitas jaringan internet yang belum memadai daya jangkaunya juga tingkat pemahaman peserta didik masih rendah tentang penggunan aplikasi belajar secara online.