Adalah proyek penelitian yang disebut dengan HAARP (The High Frequency Active Auroral  Research Program) bertempat di Alaska (http://www.haarp.alaska.edu), bertujuan untuk mempelajari sifat dan perilaku ionosfer. Fasilitas ini terdiri dari dua bagian penting:
- Sebuah pemancar daya tinggi dan operasi antena array dalam kisaran (HF) High Frequency. Pemancar ini mampu menghasilkan daya hingga 3,6 juta Watts. Untuk sistem antena, terdiri dari 180 antena dipol menyeberang yang diatur sebagai array.
- Satu set lengkap dan ekstensif instrumen ilmiah untuk pengamatan ionosfer, aurora dan efek yang dihasilkan selama penelitian menggunakan sistem pemancar. Output dari instrumen ini sudah tersedia di seluruh dunia dan dalam waktu nyata bisa diketahui hasilnya melalui internet.
Dalam penelitiannya, sinyal yang dihasilkan oleh sistem pemancar dikirimkan ke array antena, ditransmisikan dalam arah ke atas, dan sebagian diserap, pada ketinggian antara 100 sampai 350 km (tergantung pada frekuensi operasi), dalam volume kecil beberapa ratus meter dan diameter beberapa puluh kilometer. Intensitas sinyal HF dalam ionosfer kurang dari 3 microwatts per cm2 (cm persegi), puluhan ribu kali lebih kecil dari radiasi elektromagnetik alami matahari saat mencapai bumi dan ratusan kali lebih kecil daripada variasi acak normal dalam intensitas ultraviolet alami Matahari (UV) energi yang menciptakan ionosfer. Efek sekecil apapun yang dihasilkan dapat diamati dengan instrumen ilmiah peka yang dipasang di fasilitas HAARP ini. Teknik pemancar gelombang berdaya tinggi ini pada dasarnya bisa digunakan untuk mendeteksi keberadaan minyak dan gas di dalam tanah. Menurut Dr. Brooks Agnew, dari Pheonix Science Foundation, berdasarkan eksperimennya pada tahun 1988 saat dia dan timnya melakukan eksplorasi keberadaan minyak bumi di Oregon, USA  dengan menggunakan sistem ini, mereka terkejut dengan hasil yang didapat. Begitu alat diaktifkan yang terjadi kemudian adalah gempa bumi. Akhirnya mereka menyadari ternyata gelombang berdaya tinggi yang dihasilkan dapat mengganggu keadaan stabil lempeng bumi (http://www.youtube.com/watch?v=qoXMm6jhep0). Dan hebatnya, gelombang berdaya tinggi ini, gelombang ELF (Extremely Low Frequency)  bisa dipantulkan dengan dibantu Chemtrails (chemical trail)  yang semprotkan di udara. Yang berarti orang bisa mengirim gempa ke suatu tempat tertentu, dimana udara di tempat tersebut sudah disemprotkan Chemtrails terlebih dahulu (http://en.wikipedia.org/wiki/Chemtrail_conspiracy_theory). Chemtrail biasanya disemprotkan oleh suatu pesawat untuk menghasilkan hujan. Namun perkembangan selanjutnya adalah bisa menjadi senjata pembunuh yang mematikan saat orang bisa membuat banjir dan badai daripadanya (merekayasa cuaca menjadi senjata).
Di Jepang, 11 Maret 2011. Di ketahui ada gelombang awan HAARP sebelum terjadinya gempa dan tsunami (http://www.youtube.com/watch?v=xn2aKu42mAo&feature=related). Sedang di Indonesia, gempa yang terjadi di Aceh tahun 2004 belum bisa  dipastikan  dikarenakan oleh HAARP. Tapi, yang jadi pertanyaan, mengapa Kapal Induk USS Abraham Lincoln begitu cepat mencapai lokasi  di Aceh saat terjadi tsunami? Dan mereka seperti sudah mengancang-ancang untuk menuju lokasi karena sebelumnya tanggal  21Desember 2004 sudah berada di Samudara Pasifik sebelah Barat (http://www.navsource.org/archives/02/72a.htm).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H