Keluargaku yang tak pernah ada kedamaian, aku hanya mamapu menangis dan tak mamapu untuk membuat diriku jauh lebih berarti untuk kedua orangtuaku. Perkenalkan namaku Bekti Lestar. Akuy biasa dipanggil Bekti. Saat itu, akau berusia kurang lebih 7 tahun. Usia yang sangat muda untuk mengaerti tentang pertengakaran yang setiap hari bahakan setiap jam Ayah dan Ibuaku selalu bertengkar dihadapanku.
Suatu hari, Ibuku sedang memasak di dapur, tiba-tiba Ayah datang menghampiri Ibu dan langsung memukulnya. Aku tak menyangka Ayahku tega berbuat kasar kepada Ibu. Tak sedikit Ayah memberikan pukulan kepada Ibu, aku tak kuasa melihat Ibu yang terus menangis kesakitan. Lalu Ayah bertanya kepada Ibu "Kamu sudah gila ya, menuduh aku dan memberitahu semua orang kalau aku berselingkuh"! dengan nada kasar. Ibu sangat terpukul dengan sikap Ayah yang kasar, Ibu mencoba untuk menjelaskan semuanya,namun belum sempat Ibu menjelaskan Ayah tiba-tiba membanting gelas yang ada di atas meja dan pergi meninggalkan kita. Aku terus menangis melihat kedua orangtua yang tak pernah saling mengalah, rasanya aku ingin sekali pergi dari dunia ini. Namun apa daya jika akau harus meninggalkan sosok Ibu yang akau sayangi di siksa oleh Ayah.
Aku memeluk Ibu dan menghapus air matanya yang selalau mengalair membasahi pipinya. Aku sedih melihat Ibu yang selalu mengalah dengan keegoisan Ayah. Setelah Ibu sudah tenang aku mengajak Ibu untuk tidur karena jam sudah menunjukan pukul 22.00 malam. Aku membantu Ibu menuju ke kamarnya dan membaringkannya di tempat tidur. Melihat keadaan ibu yang begitu amat sangat rapuh, rasanya seperti akau kehilangan sosok Ibu yang tak ada lagi kebahagiaan di dalam hidupnya.
Aku bangaun tidur pukul 05.00 pagi. Aku beranjak dari tempat tidur dan menuju ke kamar ibu. Saat aku menuju kamar Ibu akau teringat bahwa hari ini adalaha hari ulang tahun Ibuku yang ke 35 tahun. Akupun langsung ke dapaur dan membuat kejutuan untuk Ibuku tersayang. Aku akan memasak Nasi Goreng kesukaan Ibu. Setelah semua telah siap, tiba-tiba akau teringat Ayah yanag sejak tadi malam belum pulang juga. Aku tahu Ayah sangat menyayangi kami, namaun hanya waktu yanag beleum tepat untuk memepersatuakan kami. Akpun memebangunkan ibu dan mengucapakan selamat ulang tahuan. Akhirnya setelah sekian lama akau tak pernah meleihat kebahagian di mata ibuku, kini aku biasa melihatnyakembali. Saat ibu memelukuku tiba-tiba Ayah datang menghampiri kami dan berkata "Bu, maafkan dengan sikapku selama ini, akau lebih mempercayai orang lain dibanding istriku sendiri?". Lalau ibu pun memaafkan kesalahan Ayah dan hidup kami jauh lebih indah dari yang sebelumnya. Semoga keluargaku menjadi cerminan yang baik untuk akau yang kedepan. Aminnn......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H