Apa yang paling menyiksa bagi penulis tampan dan juga mapan? Adalah saat ia dihadapkan pada banyak perempuan cantik yang rela menderita untuk menjadi istri kedua, ketiga bahkan keempat. Pusing tujuh keliling tidak berkesudahan. Sebuah ujian dari percobaan semesta yang memang tidak lucu sama sekali.Â
Jatuh cinta sekali dan menikah sekali seumur hidup adalah impian banyak pria. Sayangnya impian itu sering kandas ditengah perjalanannya. Selalu tidak berkutik, luluh di hadapan ketulusan, kelembutan dan kecantikan perempuan.Â
Jika sudah seperti itu apa yang terjadi? Suka tidak suka pada akhirnya harus memilih. Sebuah pilihan yang benar-benar membuat isi minda ingin pecah seketika.
Lebih menyebalkannya lagi, hati bercabang seperti ranting pohon, jika salah satu ranting itu patah, sakit memang tapi ia tidak akan mati.Â
Merasa sepi dalam keramain itu memang menyakitkan. Saat bersamamu, bayangan dirinya yang terlintas dan saat bersamanya, senyumu menghantui. Sakit bukan?Â
Sudah berapa banyak para penulis dan penyair berusaha memahami hati tentang perempuan, sayangnya hingga sekarang tidak pernah bisa memahami hati perempuan, karena hanya memandang perempuan melalui selubung hasrat nafsu. Mereka tidak melihat apa-apa kecuali selaksa bentuk tubuhnya saja.Â
Mungkinkah aku melihatmu dan melihatnya juga seperti itu? Tidak, kenyataanya ketulusan dan kerelaan kalian memaksaku dalam percobaan menyebalkan.Â
Lantas, apakah aku cinta kau dan dia itu adalah salah? Tidak ada pilihan lain, sanggup dijalani. Tidak sanggup ya cari lagi.Â
Sumber :dokpri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H