Bersamamu telah membawaku memasuki dunia baru dengan musim semi setiap hari, menempati papan penempatan kasih di bawah naungan rindu yang selalu tumbuh beriringan dengan waktu. Tidak akan pernah habis, tidak akan pernah usai, sebab hati telah tertambat abadi dalam dada. Kaulah perempuan pertama yang membuatku rela jatuh terjerembab ke lembah kesabaran yang pahit dan menyenangkan.Â
Waktu bersamamu adalah sayap yang mengembara membelah arungan lautan asmara, membara penerang kehidupan. Pahitpun memanis, panaspun menyejuk, dinginpun menghangatkan asal aku masih bisa melihat senyum indahmu itu.Â
Hadirmu menjadi milikku, menjadikan surga menyulam selimut dari bayang kegelapan malam, menyulap sepi menjadi nafas ketentraman. Ada bahagia menentramkan saat menatapmu dalam canda, ada rindu yang kamu tinggalkan saat kuresah dalam harap. Kaulah keindahan itu dan kaulah hidupku.
Setiap detik yang terlewati, bagaikan serpihan pasir berdesir. Setiap  jalan terlalui, bagaikan gelombang ombak dipantai. Itulah cintaku yang suci hanya untukmu, selamanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H