Hanya harum nafasmu yang mampu menembus relung jiwaku, sedang bayangan dari bayangan hari hanya ada senyummu melintasi wajahku dan menjelma menjadi musim bunga berladang kasih sayang.
Sekali lagi, lautan waktu mempertemukan kita dalam jalinan pantai rindu bersama jutaan gelombang keresahan yang bertaut lepas, berpagut dan bebas bibir mengungkapkan kata-kata.
Bukan kata-kata yang ingin aku ungkapkan hari ini. Namun getaran hati dari gejolak rindu menggebu untuk berkata aku masih sangat dan sangat mencintamu.
Erat sekuat mungkin tetaplah dalam pelukan, biarlah tangan kita saling menggenggam erat beriringan bersama desahan nafas pelukan semesta. Percayalah, bahwa bahagia akan terus menyapa manja dalam menjalani hari-hari kita dalam sumpah tidak bersarat.
Demi warna keindahan yang terus saja merona yang terkadang membutakan mata, kita masih mabuk asmara meski usia tidak lagi remaja. Entah apa kata dunia? Cinta kita adalah anugrah semesta dari percampumran kesabaran pahit yang mengasyikan juga melelehkan akal waras.
Kau telah memberiku banyak kesenangan, sungguh! Ini bukan rayuan gombal dari rangkaian aksara prosa. Dalam pelukan, kau juga memberiku kepedihan rindu, itulah kenapa aku mencintaimu.Â
Hari ini, esok, selamanya hingga maut menjemput. Cintaku padamu akan kekal hingga di alam ke abadian.
Gombal...?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H