Mohon tunggu...
Bekti Cahyo Purnomo Syah
Bekti Cahyo Purnomo Syah Mohon Tunggu... Penulis - Menulis adalah caraku melukis keindahan lewat rangkaian aksara manja tak bernyawa.

Penulis Freelance, bloger, Novelis, email; bekticahyopurnomo@gmail.com Ig/twitter, Yutube: @belajarbersamabisa fbgroup; Belajar Bersama Bisa dan Bebebs.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hantu Kuyang yang Tak Dirindukan, Prolog dan Bagian Pertama

27 Januari 2019   05:34 Diperbarui: 10 September 2023   15:47 1340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanpa bisa ditahan lagi,Diang menyerbu masuk ke dalam kamar. Ari - ari bayi laki-laki yang baru saja dilahirkan oleh adik iparnya langsung dibawanya terbang . Mata Diang seketika berubah menjadi merah api, dan pupil matanya memipih, mirip dengan mata hewan buas ganas.

"Aaaaaakh..," sebuah teriakan dari pondok itu.

Dukun beranak dan ayah si bayi datang terlambat. Saat masuk ke dalam rumah, mereka di suguhi pemandangan yang sungguh mengerikan sekali.

Sang bayi merah sudah tergolek lemas tak bernyawa di atas meja makan, sementara mulut Diang berlumuran darah segar. Ayah si bayi yang melihatnya langsung pingsan di tempat.

"Tolong.. tolong.. tolong.. ada Kuyang..,"teriak histeris dukun bayi yang berlari ke tengah kampung dan suaranya membangunkan seluruh warga.

Seperti ada yang mengomando,semua warga desa, terutama laki-laki dewasa, bergerak menuju rumah Diang,mereka membawa mandau,tombak,sumpit,panah dan obor, serta tidak ketinggalan jimat yang dipercaya bisa melindungi mereka dari kekuatan jahat Kuyang.

"Dasar bodoh,kenapa Diang tidak bisa mengedalikan diri? Kini semua warga sudah mengetahuinya. "ucapnya Antang dalam hati."Rasa lapar akan membunuhnya!" imbuhnya

Antang Badiang mengamati seluruh kejadian dari kejauhan. Mata tajamnya terus memandang dari kejauhan.

"Aku tak akan melakukan kesalahan yang sama seperti Diang Ama,"ikrarnya dalam hati.

Pengalamannya mempelajari Ilmu hitam sejak remaja mengasah kemampuannya untuk bersabar dan mengendalikan hasratnya. Jangan sampai dirinya yang dikendalikan oleh hasrat memuaskan dahaga akan darah.

Malam mencekam di desa tengah hutan kini menjadi keramain amarah warga yang sudah tidak bisa lagi dikendalikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun