Berawal dari sebuah harapan dan keinginan yang tak diwujudkan oleh Sang Pencipta alam semesta. Ku harus lebih kerja keras, sungguh-sungguh dalam berdoa dan berusaha agar terwujudnya sebuah harapan. Satu persatu jalan yang dilalui tak ku dapati. Jalur undangan dan SBMPTN tak mampu ku genggam.
    Siang itu setelah mengikuti ujian SBMPTN di Jakarta Barat, ku segera mengunjungi Universitas Prof. Dr. Hamka atau biasa disebut UHAMKA yang berada di  Jl. Tanah Merdeka tanpa ragu aku mendaftar di jurusan Pendidikan Matematika, jurusan dimana belum ku bayangkan sebelumnya. Jurusan yang belum ku buat rencana-rencana masa depan. Karena jurusan yang kuinginkan tidak ada di universitas ini.
    Di awal perkuliahan ku merasa gugup. Ku berpikir bahwa aku belum menguasai bidang ini. Nilai-nilaiku saat SMA pun tak memuaskan dalam bidang ini. Pikiran-pikiran buruk pun terus menghantui. Pagi itu akan diadakan ujian matematika dan bahasa Inggris untuk menentukan kelas.
    Saat semester pertama perkuliahan tak begitu mengerikan seperti pikiran-pikiran buruk yang pernah singgah. Tak hanya aku yang baru memulai menguasai bidang ini dari awal. Ada beberapa teman yang keluar dari jalur yang ia kuasai. Perlahan-lahan mulai ada semangat yang menggebu untuk menjadi yang lebih baik. Timbul pula harapan-harapan yang datang seraya berbisik bahwa ku mampu menguasai bidang ini.
    Kampus ini begitu hijau, terlihat dari bangunan gedungnya, taman yang tersedia beserta kampus yang terkenal dengan kampus islam. Walaupun kampus islam, namun ada beberapa mahasiswa yang beragama lain. Kampus ini tidak hanya mengajari aku tentang bidang yang ku pilih tetapi mengajari aku tentang ilmu Agama serta kemuhammadiyahan. Pada beberapa kesempatan di semester 2 dan 3 aku diajari oleh seorang dosen yang hebat. Beliau begitu berani dan semangat dalam berjihad.
     Tak terasa aku sudah memasuki semester kelima. Begitu cepat waktu berlalu, meninggalkan ilmu dan harapan untuk terus berjuang dalam meraih cita-cita. Agar kelak mampu menjadi guru yang profesional mampu dalam memanfaatkan ilmu yang dimiliki. Tidak hanya mengajarkan ilmu matematika tetapi ilmu yang hakiki. Ilmu yang kelak menjadi bekal di akhirat nanti.
                                                                                          by : Bekti Ayutiya Rahmi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H