Mohon tunggu...
Bekti Gojagie
Bekti Gojagie Mohon Tunggu... -

Pikiran sering lupa bahwa ada banyak ingatan dalam dirinya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesan Cinta dari Swedia

31 Oktober 2014   09:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:04 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pengakuan hari ini merupakan sumbangan bagi masa depan yang lebih baik di kawasan yang telah lama diwarnai dengan kemacetan perundingan, kehancuran dan frustasi," kata Menteri Luar Negeri Swedia Margot Wallstrom yang dalam waktu singkat menyebar ke penjuru dunia dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa. "Sebagian kalangan mengatakan keputusan ini terlalu cepat, saya (justru) takut langkah ini agak terlambat." Sebagai orang yang menyukai Israel dan menyukai Palestina, saya turut terharu saat membacanya.  Saya sungguh berharap pernyataan sikap ini bisa turut mencairkan kebekuan hati banyak manusia (ya di sana, ya di sini) bahwa konflik yang berlarut-larut itu hanyalah mendatangkan banyak penderitaan dan kesusahan, padahal, meng-amini penggalan lirik lagu Koes Ploes, susah itu tak ada gunanya.

"Loh kok menyukai Israel dan menyukai Palestina? Nggak jelas kamu ini," seorang teman mempertanyakan perkataan saya yang barusan juga saya tulis di atas tadi.
"Haruskah hanya menyukai salah satunya baru kemudian bisa dikatakan jelas?" aku balik bertanya.
Menurutnya sikap politik harus jelas, tapi bagi saya justru pernyataanya tambah tidak jelas, lha wong yang saya sampaikan itu sikap kemanusiaan saya.  Begitu juga dengan yang saya sukai, yang  tak lain adalah manusia-manusianya, baik sebagai invidivu maupun bangsa.  Dan harapannya, spirit perdamaian yang disuarakan Swedia tadi  cukup bertenaga untuk mulai menggeser 'cepirit' konflik, membuka gerbang baru untuk mulai kembali bersinarnya harapan. Pengharapan baru untuk lebih saling memanusiakan satu sama lain.

Akankah langkah bijak yang diambil Swedia ini diikuti oleh negara-negara lain di Eropa sana?  Akankah ini mendulang simpati dan dukungan dari sesama manusia yang mendiami bumi ini?

Semoga saja, dan saya percaya itu juga yang sama-sama kita nantikan. Jangan sampai benih konflik terus tumbuh dan berbuah permusuhan serta perang di sana-sini. Jangan sampai kedamaian terenggut oleh gesekan antar umat manusia sendiri. Jika itu terus dibiarkan terjadi, apalagi justru terus dikipas-kipasi, saya khawatir jika tiba-tiba alien tiba-tiba datang ramai-ramai untuk berkoloni dan mengokupasi bumi. Wah, amit-amit jabang bayi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun