Cinta itu es krim, katamu. Meski yang kau suguhi adalah rasa asin. Namun, karena aku tidak mau mematahkan pecah tawamu, maka kukatakan enak, dan enak saja setiap kau tanya rasa cinta itu.
"Asin,tauk!" Kataku saat dijejali rasa cinta itu.
Kudengar tawamu, Bik. Padahal sebelumnya antara isak tangis dan kesalmu kudengar perintahmu,"Keluarin, Bek! Keluarin, Bek!" Berkali-kali perintah itu kudengar, namun aku juga nggak paham dengan maksudmu. (Hmm...Setelah berapa lama merenung dan menganalisa, barulah kutahu, betapa Bik tersiksa saat ritme dan fase cinta itu tiada jelas kapan berakhir).
Kukatakan terus dan terus saja, yang kupacu sebagai semangat. Padahal, lari marathonmu sudah sulit menata nafas yang terengah.
"Bek! Keluarin! Keluariiiinnnnn! Aku tersiksaaaaa..."
LAYAR TONIL MENAMPILKAN DALANG MENGELUARKAN PERAN WAYANG BERIKUTNYA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H