Mohon tunggu...
Fintecher
Fintecher Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Pasar Modal

Penikmat Fintech (Financial Technology)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Penghasilan Gede, tapi Tak Makmur? Bisa Jadi!

24 Agustus 2017   15:47 Diperbarui: 25 Agustus 2017   15:55 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penghasilan adalah jumlah uang yang kita hasilkan, sedangkan kemakmuran  adalah jumlah uang yang berhasil kita simpan, akumulasikan dan  memberikan penghasilan lagi buat kita.

Banyak dari kita bekerja keras untuk meningkatkan penghasilan. Sayangnya, hanya sedikit yang mampu menikmati kemakmuran. Joe Hartanto & Tju Wei Wei dalam bukunya "The Key to Financial Freedom" membedakan dengan jelas apa itu penghasilan dan kemakmuran.

Penghasilan adalah jumlah uang yang kita hasilkan, sedangkan kemakmuran adalah jumlah uang yang berhasil kita simpan, akumulasikan dan memberikan penghasilan lagi buat kita.

Dalam praktik hidup sehari-hari banyak dari kita bekerja keras menambah penghasilan, tetapi tidak menyisihkan uangnya untuk investasi yang mendatangkan penghasilan pasif. Banyak dari kita terjebak mencari uang terus-menerus sehingga tak bisa menikmati kemakmuran.

Agar lebih jelas kita itu tipe orang yang makmur atau sekadar mengejar pengasilan tinggi, ada baiknya kita mempraktekkan simulasi ini. Anda berhenti bekerja sekarang. Hentikan semua kegiatan yang menghasilkan uang. Hitunglah uang yang  kita dimiliki, termasuk uang tabungan.

Jika kita mendapatkan uang 50 juta rupiah termasuk tabungan, sementara pengeluaran kita 5 juta rupiah per bulan, maka kita hanya bisa bertahan tanpa bekerja selama 10 bulan. 10 bulan inilah adalah angka kemakmuran. Angka kemakmuran sendiri artinya jumlah waktu (hari, bulan, tahun) dimana kita bisa hidup tanpa bekerja.

Berbeda halnya jika kita memiliki tabungan 50 juta rupiah, tapi ada juga investasi yang mendatangkang penghasilan 4 juta rupiah perbulan. Cara itungnya, 5 juta-4 juta maka defisit 1 juta rupiah. Tabungan 50 juta rupiah tinggal dibagi 1 juta rupiah menjadi 50 bulan. Dengan adanya penghasilan pasif 4 juta perbulan tersebut, logikanya kita bisa bertahan selama 50 bulan (4 tahun 2 bulan).

Angka 10 bulan atau 50 bulan (4 tahun 2 bilan) itulah angka kemakmuran kita. Dengan penghasilan pasif, kita bisa bertahan hingga 50 bulan.

Nah, melihat kondisi ini, para pakar finansial menyarankan agar kita jangan sekedar mengejar penghasilan besar, tetapi mempergunakan penghasilan kita untuk membangun kemakmuran melalui investasi yang akan menghasilkan pendapatan pasif.  So, alangkah baiknya kita mulai membangun kemakmuran kita dengan menabung dengan cara baru karena penghasilan besar yang datangnya dari penghasilan aktif tak banyak mendatangkan kemakmuran. Mulai dari sekarang, ciptakan lah pendapatan pasif!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun