Mohon tunggu...
bejo elek
bejo elek Mohon Tunggu... -

nobody don't wanna be exist

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa sangat Serius? (1-Penyelesaian Kasus Sontek Massal)

15 Juni 2011   07:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:30 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Begitulah indonesia saya melihatnya, saat ini musim kelulusan, dari kelulusan SMA ada masalah kecurangan dalam UN, tidak beda dg tingkat SMP, lalu yang terbaru UN SD juga terjadi hal yang sama, hanya bedanya kali ini malah yang (menurut saya) benar, malah yg dianggap pahlawan kesiangan.Yup, mengapa sangat serius?

Sebagai orang tua murid, si ibu pasti juga pernah bersekolah, dan (saya berani memastikan) juga mengalami apa yang dialami anaknya, yaitu kecurangan dalam ujian, tidak perlu munafik untuk mengatakan kalo tidak pernah mengalami. Tetapi meskipun begitu, saya tetap setuju dengan langkah yang diambil oleh si ibu, dan (sangat) tidak setuju dengan tingkah warga sekitarnya yang menganggap si ibu sebagai pahlawan kesiangan, apa alasan warga untuk mengecap beliau seperti itu coba?. Kalau si ibu saya anggap munafik, warga saya anggap nenek moyangnya munafik, dan mereka dengan bangganya menulis kesepakatan untuk menjadi munafik.

Dan saya khawatir, sepertinya pemerintah pun akan mengikuti langkah warga sekitar ibu tinggal tersebut, karena pada prinsipnya pemerintah ada karena dukungan/suara terbesar, dan suara terbesar adalah menjadi nenek moyangnya munafik!!!. Sekarang jamannya suara terbanyak, bukan hati nurani ataupun keadilan. Mereka menyebutnya dengan "kebijakan", yang mana kebijakan itu disukai, disetujui oleh suara terbanyak. Hanya dalam pelaksanaan nantinya, pemerintah menunjukkan kemunafikannya kebijakannya, dengan lebih elegan, dengan alasan2 yang tampak pintar dan sistematis.

Ya, itulah indonesia, kita semua paham akan budaya ini...

Jadi, mengapa sangat serius?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun