Mohon tunggu...
Beina Prafantya
Beina Prafantya Mohon Tunggu... Guru - Editor, Penggiat Pendidikan, Istri, Ibu Satu Anak

Saya mencintai dunia pendidikan dan pengembangannya, tertarik dengan dunia literasi.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tanggal Merah, Munggah, Kerja!

23 Maret 2023   09:39 Diperbarui: 23 Maret 2023   09:43 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Semua orang sibuk menyiapkan Ramadan. Yang Muslim tentu. Tapi, yang bukan Muslim mungkin juga ikut merasakan euphorianya.

Hari ini adalah tanggal merah, libur Hari Raya Nyepi. Hari ini juga munggahan, sebuah tradisi yang saya kenal selama saya tinggal di Bandung, entah di tempat lain. Hari ini idealnya saya ada di rumah. Tapi, kenyataannya tidak demikian. Saya masih harus berangkat ke tempat kerja saya, memastikan semua keperluan kami menghadapi penilaian sekolah pada awal April mendatang.

Kami bisa memilih untuk berlibur saja sebetulnya. Namun, hati  kami, saya khususnya, tidak cukup tenang karena merasa masih banyak tagihan yang harus diselesaikan pekan ini agar pekan depan lebih leluasa bersiap hal lain.

Keputusan ini tidak mudah. Kami mengorbankan waktu keluarga, meminta keikhlasan mereka agar dapat pergi sejenak dan menuntaskan tagihan itu.

Pagi ini kepala saya kembali mumet. Satu bagian mengingat tagihan, bagian lain mengingat tanggung jawab keibuan. Si Anak belum beranjak dari tempat tidur, saya ingin memastikannya mandi dan sarapan sebelum saya berangkat.

Hawa libur memang kuat. Episode si Anak yang malas beranjak ini membuat letupan omelan saya bergerak sontak. Maaf, Nak! Tampaknya ibu gagal menjaga kesabaran. Ini belum saum, entah bagaimana besok.

Air memang melegakan. Setelah mandi, si Anak bergerak dan mulai berada dalam kondisi sadar penuh. Saya bisa bercakap dengannya dalam volume dan tempo yang sangat tenang. Sarapan tuntas, saya puas.

Saat saya melangkah menuju pintu keluar, si Anak memberikan saya selembar kertas. Dia bilang, ini untuk ibu, tapi isinya bikin ngakak. Nanti saja dibaca kalau ibu sudah sampai di tempat kerja. Ya sudah.

Baru tiba di gerbang, saya intip isinya. Ada kata maaf di situ. Duh, Nak, tampaknya betul katamu. Nanti saja ibu baca setelah duduk. Daripada air mata ke-mellow-an meluncur, lebih baik berjalan mengebut agar cepat tiba di tujuan.

Kertas ini nyaris terlupakan terlindas target yang ingin diselesaikan. Sore ini, baru terbuka. Kamu benar, ini kocak. Walau hati mellow, tapi karyamu sukses bikin ngakak.

Terima kasih, Nak! Hati ibumu bilang, kamu berbakat menjadi penghibur hati yang gundah gulali. Lebih menghibur daripada Kang Tisna, Mas Pur, dan Bang Ojak yang sukses membuat gelak di setiap episode Tukang Ojek Pengkolan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun