"Saya lebih baik diberi pekerjaan dengan gaji US$ 200ribu daripada diberi bantuan US$ 500ribu oleh negara" kata seorang korban PHK di AS.
Kejadian tersebut hampir mirip dengan kejadian yang ada di Indonesia bahwa Dana BLSM akan diberikan selama empat bulan berturut-turut sebesar Rp 150.000, per keluarga. Sasaran dari program BLSM ini mencapai 15,5 juta keluarga miskin.
Bagi saya, yang namanya bantuan seperti itu hanya memalaskan rakyat Indonesia saja. Rakyat miskin kita ini sebenarnya bisa kaya. Tapi karena malas, malas sekolah lagi dg alibi mahal uang sekolah padahal ada beasiswa dan darmasiswa, malas kerja tapi ingin hasil upah yang besar seperti PRT saya dirumah cucian masih ada kuning-kuning di kerah tapi gaji minta 450.000 belum lagi ngerengek2 minta pulang. Kalau sudah di BLSM seperti itu makin malas rakyat kita ini.
Seharusnya rakyat kita ini dikasih lapangan pekerjaan dan diberi keterampilan, uang yang bertriliunan bantuan itu dialihkan untuk fasilitas kenyamanan transportasi publik sehingga mobil pribadi beralih ke transportasi umum dan dapat mengurai kemacetan juga, pendidikan gratis benar-benar yang tepat sasaran dalam hal ini pintar dan bertanggung jawab atas studinya dan yang terpenting subsidi BBM dihapus diganti dengan subsidi sembako. Karena rakyat ini butuh makan bukan bensin, biar yang kaya pada nyaho makan uang mereka yang tak mampu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H