Mohon tunggu...
Yanuar Muflianto
Yanuar Muflianto Mohon Tunggu... -

aku anak nakal aku suka seperti ini bebas minum sesuka hati

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Celoteh Ibuq tentang Topi Sarjana yang Melayang-layang ke Sawah

10 Juni 2011   15:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:39 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Celoteh Ibuqtentang topi sarjana yang melayang-layang ke sawah

Minggu sore seperti halnya minggu-minggu sebelumnya, merupakan waktu yang menyibukkan diriku untuk mempersiapkan segala keperluan sebelum kembali menuju kotak kecil berukuran 3x4 sumpek, sempit, minim fasilitas dan Jauh dari kemehawan yang disediakan orang tua dirumah.

Namun, ada yang berbeda di sore itu, ibuku menemaniku berkemas sambil sesekali mendikteseperti ibu yang menemani anak TK yang akan pergi tamasya, banyak wejangan yang keluar dari remah mulutnya sore itu, Masih terngiang dengan jelas sampai saat ini, sepenggal lirik lagu ciptaan jamal mirdad yang berjudul topi sarjana keluar dari mulut suci ibuku, tak banyak yang dapatku hafal tetapi sebait lirik ini membuatku berfikir 180o,,

Ayahku telah menjual sawahnya, untuk membekali anaknya ... ooooo oooo

Sesampainya dikota aku terpana mendengar kata mereka ...

Ratusan ribu ku perlu lagi untuk cita-citaku ...

Oooo menangis dalam hatiku,, mengapakan mesti begitu ..!!!!

Aku berjalan membayangkan wajah Ayah Ibuku ,,,

Ku memandang kedepan, topi sarjanaku melayang-layang ke sawah ,,,

Seakan-akan berkata, pulanglah segera menghadap Ayah Ibunda ,,,

Suruh jual semua miliknya baru licin kedepan ...

Seperti tamparan halilintar disiang bolong,, seketika teringat betapa kerasnya kehidupan orangtuaku bergelut dengan cangkul dan lumpur, tak jarang peluh dan darah menjadi taruhan pekerjaan kasaran seperti itu, menenteng sepeda dengan cangkul di bahu, tanda kuda-kuda siap berperang dengan pekatnya air lumpur dan panasnya terik matahari, tak jarang tersempat waktu mengganjal perut dengan butiran nasi,

betapa tidak, sebelum fajar menyingsing dari timur, disaat orang-orang terlelap dalam tidur, telah terdengar gesekan sabit dengan ‘wungkal’ untuk mempertajam, disertai kayuhan sepeda kumbang dengan bunyi khas nya karena kurang oli, mengiringi perjalanan menuju medan tandus dengan pematang sawah yang bergelombang yang siap disulap menjadi hamparan padi nan hijau, tak lupa topi caping kebesaran dikepalanya dan sebotol air putih tak bermerk karena sudah usang menyangkut di boncengan sepeda sebagai pengguyur tenggorokannya yang mengering,

4 jempol buat orangtuaku, walaupun q anak seorang petani tetapiku tak pernah berkecil hati, sepertikata ayahku petani adalah pekerjaan mulia, ketimbanmg mereka yang hannya duduk-duduk di gedung membanyol tentang demokrasi..walaupun kaun seorang petani kecil, ku tetap mengidolakanmu wahai ayahku...

Itulah senjata ampuhku untuk memotifasi diri untuk meraih impian itu, nilai itu tak hanya dibuktikan dengan akumulasi angka-angka 3 digit, secarik kertas dengan tambahan huruf di akhir nama dan sakralnya topi toga dengan tali dipelipis kanan, bukan itu yang ayah minta, itu hanya kebanggaan sesaat karena menjadi orang yang berguna bagi nusa bangsa dan membahagiakan orang tua serta sekitar adalah tujuan utamanya.

Maka tak ada waktu lagi untuk sekedar bermain-main mencari ilmu sementara orangtua kita bekerja siang-malam untuk mewujutkan cita-cita itu??? Bagaimana dengan kalian teman? Apapun impianmu, apapun pekerjaan orangtuamu,, mari mulai saat ini kita berikrar bersama-sama meninggalkan masa kanak-kanak yang manja untuk menyongsong masa depan cerah..

REVOLUSI LAWAN KEMISKINAN ...!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun