Beragama adalah sebuah keniscayaan yang akan mengantarkan seseorang menuju tujuan utamanya, yaitu kebahagiaan abadi dalam lingkup Yang Maha Kuasa. Namun, tidak serta-merta bahwa setiap agama yang muncul pasti benar dan bisa menjadi pedoman hidup. Hanya ada satu titik kebenaran yang harus kita cari dan telusuri sehingga kita tidak terjebak dalam dogma saja
alkisah diceritakan bahwa ada tiga orang buta yang ingin menggambarkan bentuk gajah. Orang pertama yang memegang telinganya menyimpulkan bahwa bentuk gajah seperti kipas yang lebar. Orang buta kedua memegang kakinya, kemudian ia berasumsi bahwa bentuk gajah seperti batang pohon kelapa. sedangkan, orang ketiga memegang belalai gajah, kemudian ia yakin seyakin-yakinnya bahwa gajah berbentuk seperti pipa.
Ironis bukan? ketiga orang buta tersebut gagal mendeskripsikan bentuk gajah, bukan karena gajahnya yang tidak jelas tetapi mereka tidak mampu mendeskripsikan 'Gajah" secara menyeluruh, mereka terjebak dalam apa yang mereka pegang dari gajah dan kemudian menyimpulkannya, tanpa berniat untuk mencari tahu lebih banyak.
bayangkan....bagaimana kalau gajah itu adalah agama? dan orang buta adalah anda, kita, mungkin juga saya. Apakah kita pernah untuk mengidentifikasikan agama yang kita anut secara menyeluruh? atau hanya sepenggal-sepenggal berdasarkan informasi yang kita dapat dari orang tua, guru, ustadz bahkan Murobbi? kemudian kita yakin seyakin-yakinnya terhadap ap yang mereka ajarkan, bahkan mungkin rela mati demi hal tersebut tanpa mencari tahu lebih banyak?
bila hal tersebut terjadi.....
apa bedanya kita dengan 3 orang buta tadi......bahkan lebih buruk dari mereka
diberi mata, tak benar-benar "melihat"
dikaruniai telinga, tak benar-benar "mendengar"
dianugrahi otak, tak benar-benar "berpikir"
semoga kita semua dijauhi dari taqlid buta...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H