Mohon tunggu...
Begawan Durno
Begawan Durno Mohon Tunggu... -

Saya adalah Saya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Butakah Kita?

27 Juni 2014   20:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:35 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Beragama adalah sebuah keniscayaan yang akan mengantarkan seseorang menuju tujuan utamanya, yaitu kebahagiaan abadi dalam lingkup Yang Maha Kuasa. Namun, tidak serta-merta bahwa setiap agama yang muncul pasti benar dan bisa menjadi pedoman hidup. Hanya ada satu titik kebenaran yang harus kita cari dan telusuri sehingga kita tidak terjebak dalam dogma saja

alkisah diceritakan bahwa ada tiga orang buta yang ingin menggambarkan bentuk gajah. Orang pertama yang memegang telinganya menyimpulkan bahwa bentuk gajah seperti kipas yang lebar. Orang buta kedua memegang kakinya, kemudian ia berasumsi bahwa bentuk gajah seperti batang pohon kelapa. sedangkan, orang ketiga memegang belalai gajah, kemudian ia yakin seyakin-yakinnya bahwa gajah berbentuk seperti pipa.

Ironis bukan? ketiga orang buta tersebut gagal mendeskripsikan bentuk gajah, bukan karena gajahnya yang tidak jelas tetapi mereka tidak mampu mendeskripsikan 'Gajah" secara menyeluruh, mereka terjebak dalam apa yang mereka pegang dari gajah dan kemudian menyimpulkannya, tanpa berniat untuk mencari tahu lebih banyak.

bayangkan....bagaimana kalau gajah itu adalah agama? dan orang buta adalah anda, kita, mungkin juga saya. Apakah kita pernah untuk mengidentifikasikan agama yang kita anut secara menyeluruh? atau hanya sepenggal-sepenggal berdasarkan informasi yang kita dapat dari orang tua, guru, ustadz bahkan Murobbi? kemudian kita yakin seyakin-yakinnya terhadap ap yang mereka ajarkan, bahkan mungkin rela mati demi hal tersebut tanpa mencari tahu lebih banyak?

bila hal tersebut terjadi.....

apa bedanya kita dengan 3 orang buta tadi......bahkan lebih buruk dari mereka

diberi mata, tak benar-benar "melihat"

dikaruniai telinga, tak benar-benar "mendengar"

dianugrahi otak, tak benar-benar "berpikir"

semoga kita semua dijauhi dari taqlid buta...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun