Mohon tunggu...
Reby Wahyudi
Reby Wahyudi Mohon Tunggu... -

Panggil saja Bee, miliki 2 pasang sayap dan 3 pasang kaki, hidup di bukit, berkoloni dan bersosialisasi, sukai nektar dan serbuk sari, hasilkan madu, menyengat bila diganggu. My name is Bee, nothing specially bout Me, just like a Bee.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tawuran Paling Mematikan di Jakarta

26 September 2012   11:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:39 2126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tawuran antar pelajar yang terjadi di Jakarta semakin menggila, saking gilanya sampai-sampai menyebabkan korban jiwa, gimana ga gila? Saya kira tawuran hanyalah sebuah kenakalan remaja biasa saja, ternyata eh ternyata, ini sudah keluar dari hal-hal yang biasa saya duga.


Pada awalnya, saya hanya menduga tawuran hanyalah ekspresi seni maju mundur para pelajar-pelajar yang mungkin sudah bosan di sekolah yang serba mengatur-atur. Seperti yang biasa saya liat di tivi, tawuran itu ya begitu-begitu saja, kalau lawan maju ya musuhnya mundur, setelah itu ya gantian, lawannya yang maju dan musuhnya yang harus mundur dan setelah itu pelajar-pelajar tersebut perlahan-lahan sama-sama mundur teratur. Terkadang saya suka geli melihatnya, kalau maju mundur, maju mundur, kemudian semuanya mundur teratur, terus kapan bentroknya. Karena konsep tawuran pelajar yang saya saksikan di tv tersebut kebanyakan adalah strategi maju mundur, maka saya menilai pelajar-pelajar tersebut hanya melakukan semacam olahraga extreem (berlari sambil saling lempar).


Penilaian saya terhadap tawuran pelajar berubah drastis 180 derajat celcius (celalu celius) ketika saya terlibat dalam sebuah tawuran yang terjadi di daerah Radio Dalam, Jakarta Selatan. Ketika itu, saya sedang menunggu teman saya di daerah Gang H. Nawi (dekat rumah alm. Zainudin MZ). Malam itu saya duduk di sebuah warung, tiba-tiba, sekelompok anak muda (usia belasan) berlari dan sekompok anak muda lainnya mengejar mereka dengan menggunakan pedang panjang (samurai), seng yang sudah dibentuk gerigi-gerigi, stick golf, dan gear motor yang diikat dengan gesper. Anak-anak muda tersebut pun berhenti persis di depan saya duduk, mereka tidak melanjutkan pengejaran mereka karena memang lawannya sudah terbirit-birit dan tidak mungkin lagi di kejar. Saya hanya ternganga-nganga melihat tampang-tampang polos mereka yang sedang memegang senjata tajam yang lebih besar dari tangan-tangan halus mereka. Terlebih lagi melihat seorang bocah yang sedang memegang seng panjang dan lebar bergerigi. Saya tak bisa membayangkan apabila sejata itu mengenai lawannya, saya kira pasti sangat menyakitkan dan mungkin sangat mematikan.


Kejadian yang saya alami malam itu bisa jadi tawuran antar gang atau antar gank, bukan tawuran yang dilakukan oleh pelajar-pelajar yang berseragam sekolah, tetapi tawuran tersebut dilakukan oleh anak usia belasan tahun dan tentulah mereka adalah seorang pelajar. Saya tak habis pikir, bagaimana bisa seorang pelajar bisa menciptakan alat paling mematikan yang pernah saya lihat digunakan untuk tawuran, apa motivasi mereka membawa alat tersebut, apakah sekedar untuk menakuti lawannya saja? Untuk melukai? Atau jangan-jangan memang untuk membunuh?


Persoalan tawuran pelajar hendaklah jangan dianggap remeh! Sudah seharusnya, pihak-pihak yang terkait dan masyarakat pada umum sama-sama bisa mencegah dan menyelesaikan persoalan ini. Ini bukan hanya soal kenakalan remaja biasa, kenakalan ini sudah sangat luar biasan bahkan sudah banyak memakan korban jiwa!!! Persoalan tawuran pelajar ini juga merupakan PR besar bagi Jokowi karena orang kata Jakarta adalah belantara tawuran bagi siswa-siswa setiap minggunya. Salah satu penyebab maraknya tawuran yang terjadi di Jakarta menurut beberapa ahli sosial adalah buruknya tata kelola kota Jakarta dan Jokowi berwenang dan bertanggung jawab atasnya.

Damailah Indonesiaku, Damailah Pemudamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun