Mohon tunggu...
Rahma Ismail
Rahma Ismail Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Saya perempuan yang lahir dan tumbuh kembang didataran tinggi Gayo. Suka sastra dan musik. itu saja yah. Ok berijin! Terimakasih

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Get Well Soon, Abang

1 Juli 2015   00:04 Diperbarui: 1 Juli 2015   00:16 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Ini kali pertama kau jatuh sakit semenjak kita menikah setahun yang lalu. Tadi sore kau pulang kerja saat aku tertidur. Aku tak dengar suara kendaraanmu, atau saat kau membuka pintu. Aku begitu lelap. Mungkin karena semalam aku tak dapat tidur karena menyeruput kopi permentasimu beberapa kali. Kusadari setelah kau rebahkan tubuh disampingku. Mataku terbuka lalu kutanya,

"Kenapa lama pulang? Ini kan Sabtu!"

"Tadi Abang ke Toa minta tanda tangan yang kemaren Abang bilang, Abang gak enak badan kayaknya ni,"

Lalu ku letakkan punggung tanganku dikepalamu. Terasa panas dan kau berkeringat. Aku jadi khawatir. Ini sungguh kali pertama kau demam setelah kita merid. Aku tak bisa tenang. Kau tertidur begitu pulas dan kupandangi wajahmu. Kupeluk engkau sambil kupijat lembut punggungmu.Kau mungkin kelelahan. Aku menyesal karena tadi tak menemanimu makan siang seperti biasa.

Akhir-akhir ini kau sering terlambat makan. Kubangunkan kau menjelang magrib. Kusiapkan dadar telur untukmu sebelum kau keluar dari kamar. Dingin, katamu. Setelah selesai makan, kau tampak baikan. Obat itu kusiapkan untukmu seperti waktu kemarin kau siapkan obat buatku saat aku sedang sakit. Sayang, sepertinya kau masih menang. Dalam seminggu aku bisa tumbang hingga 2 kali. Dan kau, kuharap demam ini tak menghinggapimu lagi. Berharap besok kau sudah pulih. Aku miris melihatmu sakit. Aku sayang padamu...

Ini malam Minggu yang dingin. Kita masuk kamar lebih cepat dari biasanya. Masih banyak film di pc mu yang belum kita tonton. Kau berbaring diranjang sementara aku memilah film bergenre horor. The fourth kind. Film ini sebenarnya sederhana, namun banyak mengandung teka-teki yang hingga akhir tak juga bisa terjawab. Aku suka horor dan menganalisa yang horor. Meski cenderung kurang rasional.

Dipertengahan film, kau sudah terdengar ngorok. Seandainya kau tak sakit, pasti aku akan berada dipelukanmu sambil melihat kelayar, sesekali menutup mata dengan selimut saat adegannya menyeramkan. Kali ini tidak. Kulihat kau begitu pulas dan aku menonton film horor seolah hanya sendirian saja. Okey, ini boleh juga! Saat aku selesai dengan filmnya, kumatikan lampu seperti biasa sebelum beranjak tidur. Kulihat kau menggeliat, dan... mengigau,

"Ni Abang a roa dih giok e!"

Whatt? Ya ampun, alam bawah sadarmu saja masih "diungguli" batu. Aku tertawa geli dalam hati. Aku tahu kamu sudah gila pada batu sejak aku belum mengenalmu. Kulihat dari koleksi batu cincinmu dan beberapa fotonya yang kau albumkan di pesbugmu. Kau pernah bilang, itu seni! Dan aku sangat menghargai itu. Bagiku kau unik dan kreatif. Buktinya batu-batu itu kau gosok sendiri hingga menjadi sangat cantik. Aku pernah bilang padamu,

"Abang buka lapak aja disimpang lima sana, lapak gosok batu, aku kasirnya. Ha ha ha!"

Waktu itu kau hanya tersenyum. Begitu menarik. Kini kau tidur semakin lelap. Semoga besok kau sudah pulih. Meski kudengar kau mulai batuk-batuk. Aku jadi teringat Ibuku ketika dulu Bapak sedang sakit. Beliau sungguh sigap menangani apa yang Bapak katakan. Bagai seorang dokter sekaligus suster yang sangat dipercaya oleh pasiennya. Kini aku mengerti kenapa muncul tulisan yang mengatakan bahwa laki-laki itu terkadang seperti bayi. Bukan hanya ketika sedang sakit, bahkan saat hendak tidur dan bangun tidur. Oh beginikah rasanya. Aku ingin melayani suamiku lebih lama. Aku sangat menikmati peran ini, seorang isteri. Baiklah, aku akan menjagamu. Aku akan siaga untukmu malam ini. Seperti yang juga kau lakukan saat aku sedang sakit. Semoga lelap tidurmu. Terserah kau boleh memimpikanku atau memimpikan batu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun