Mohon tunggu...
pitku apik
pitku apik Mohon Tunggu... -

Seseorang yang sedang mencari sesuatu, menanyakan, mengkritisi, dan mencoba menyimpulkan tentang arti kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tuhanpun Tak Berdaya Karena Asap

28 Oktober 2015   13:34 Diperbarui: 28 Oktober 2015   13:47 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Sosok gusti yang paling dijunjung manusia adalah konsep di mana manusia mengidolakan sosok penguasa di segalanya. Gusti menjadi sumber di mana keterbatasan akal manusia tidak dapat menjawab pertanyaan filosofis abadi manusia, yaitu bagaimana awal kehidupan terbentuk dan bagaimana akhir kehidupan kelak.  Segala permasalahan manusia, seharusnya dapat ditanggulangi bahkan dibebaskan oleh sosok gusti yang maha kuasa ini.

Semua masalah diserahkan kepada gusti, akan tetapi sesungguhnya masalah itu didiamkan saja oleh dia, dan sesungguhnya masalah itu selesai karena memang kamu sendiri yang menyelesaikan bukan karena si gusti ini. Bahkah gusti yang maha kuasa tidak paham bagaimana mematikan asap yang mengganggu umatnya. Doa ritual, ritual kurban, samadi, lepas sesaji, tidak menggerakan hati si gusti untuk sekedar memberikan gumpalan asap cumulus untuk didinginkan dengan sebaskom air diberi garam sehingga rintik hujan pun akan iba menjatuhkan percikannya ke bumi yang dahaga.

Ayo berdoa... ayo bersamadi... gusti yang mana yang mau engkau beri puja dan puji... ada banyak gusti dan jangan keliru sesembahanmu berbeda satu dengan yang lain. Mungkin gusti-gusti akan saling berebut dupa yang engkau persembahkan pada dini hari tadi. Persembahan tanpa alamat tujuan gusti yang mana yang engkau tuju..... membuat gusti sendiri bingung memberikan hidayahnya.

Hujan menjadi bingung.. perintah gusti yang mana yang harus ia dengarkan karena semua gusti menganggap diri mereka maha kuasa. Manusia  melempar garam ke udara, berupaya membuat es puter berbahan garam di udara. Akan tetapi apa lacur butir-butir higroskopis awan di atmosfer tidak mau mendekat karena belum ada perintah dari gusti yang maha kuasa. Untuk sekedar merapat, menurunkan titik beku udara yang gerah dan lalu membentuk setitik embun jatuh di telaga kering manusia yang penuh asap.

 

Mungkin sudah di ujung kemarau 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun