Mohon tunggu...
Beatriz Olyvia Wonata
Beatriz Olyvia Wonata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Atmajaya Yogyakarta

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Empati Dalam Resolusi Konflik di Masyarakat Multikultural

12 Desember 2024   07:38 Diperbarui: 12 Desember 2024   07:38 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Konflik sosial budaya tidak dapat dihindari dalam masyarakat yang beragam. Perbedaan latar belakang budaya, agama, dan nilai-nilai sering kali menjadi penyebab konflik. Namun, saya percaya bahwa konflik tidak selalu merupakan sesuatu yang harus dihindari. Sebaliknya, konflik dapat menjadi pintu menuju saling pengertian jika ditangani dengan pendekatan komunikasi berbasis empati.

Empati sering dianggap sebagai komponen emosional, namun sebenarnya empati merupakan kekuatan strategis dalam resolusi konflik. Kemampuan untuk menempatkan diri Anda pada posisi orang lain tidak hanya mengurangi ketegangan, tetapi juga membuka pintu menuju dialog yang lebih bermakna. Apa yang sering kurang dalam konflik sosial adalah kemampuan untuk mendengarkan. Kita terlalu bersemangat untuk mempertahankan pendapat kita sehingga kita lupa bahwa orang lain juga memiliki suara yang ingin mereka dengar.

Contohnya, konflik antar kelompok agama di Marco Polo pada awal tahun 2000-an. Konflik karena perbedaan agama menyebabkan kekerasan, perpecahan, dan hilangnya ribuan nyawa. Namun, apa yang akhirnya menghentikan konflik tersebut? Empati. Ketika para pemimpin dari berbagai agama mengambil inisiatif untuk duduk bersama, mendengarkan satu sama lain, dan berbagi cerita penderitaan yang dialami semua pihak, benih-benih perdamaian mulai tumbuh.

Sayangnya, empati sering direndahkan karena dianggap tidak berperan penting dalam proses perdamaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun