Para pembaca setia kompasiana, Hoax atau berita bohong adalah informasi palsu yang sengaja disebarkan untuk menipu, memanipulasi, atau memengaruhi emosi dan pemikiran publik. Penyebaran hoax sering kali bertujuan untuk mendapatkan keuntungan tertentu, baik secara finansial, politik, sosial, maupun sekadar untuk menciptakan kekacauan. Dengan berkembangnya teknologi dan media sosial, hoax menjadi semakin mudah disebarkan dan dapat menjangkau audiens yang sangat luas dalam waktu singkat. Hoax selalu memantik kepercayaan khalayak umum akan informasi yng dianggap bisa dipercya. Informasi tersebut sering kali tidak memiliki dasar fakta atau bukti yang valid, tetapi dirancang agar terlihat. Seperti berita atau fakta yang dapat dipercaya.Â
  Seperti kejadian yang terjadi baru-baru ini, kabar mengejutkan yang sempat menghebohkan jagat media sosial adalah tentang kasus Agusbuntung, penyandang disabilitas, yang dalam hasil penyelidikan, dan pengumpulan bukti-bukti oleh pihak kepolisian, telah menetapkannya sebagi tersangka dalam kasus meredupkasa seorang mahasisi. Dan hal yang mengejutkan bahwa tindakan ini sudah sering ia lakukan dan sudah dialami lebih dari 10 korban. Agus yang sebelumnya dianggap sebagai penyandang disabilitas dengan tidak memiliki kedua tangannya dan sangat mustahil untuk melakukan hal-hal keji terhadap perempuan, ternyata mampu memperdayakan mereka dengan caranya sendiri yaitu dengan mengintimidasi korban . Dan bahkan seorang pemilik homestay tempat Agus Buntung diduga merudapaksa korbannya juga baru-baru ini ikut bersuara.
Dikutip TribunnewsBogor.com dari pusingan akun Instagram media viral lombok, pemilik homestay di kawasan Selaparang, Kota Mataram bernama Shinta mengurai cerita mengejutkan soal perangai Agus.
Ternyata Shinta kerap melihat Agus Buntung membawa wanita dalam satu bulan terakhir. Bahkan kata Shinta, Agus selalu membawa wanita berbeda-beda setiap hari.
"Dia (Agus) setiap hari dengan orang yang berbeda bukan satu orang, besok datang lain, besok lain," kata Shinta.
Lebih lanjut diungkap Shinta, dalam sehari Agus bisa membawa dua hingga tiga wanita berbeda ke penginapan.
Kesaksian Shinta itulah yang akhirnya memberatkan Agus Buntung terkait kasus dugaan pelecehan seksual terhadap mahasiswi berinisial MA.Â
MA yang sebelumnya berstatus sebagai mahasiswa di salah satu Universitas di kota Mataram mengaku adanya tekanan dan intimidasi yang Ia alami pada saat itu. Dirgenmum Polda NTB, Kombes Syarif Hidayat mengungkap cara Agus memperdaya korbannya. Awalnya korban sedang berjalan-jalan sambil merekam suasana taman Udayana kota Mataram. Agus yang sebelumnya tidak mengenal korban menghampiri korban dan mereka berbincang. Lalu ditengah obrolan Agus meminta korban untuk melihat pasangan lain yang sedang berpacaran di taman korban tiba-tiba menangis dan teringat dengan mantan pacarnya. Korban lalu menceritakan satu hal yang dia lakukan dengan mantan pacarnya dulu. Tindakan itu disebut Agus sebagai dosa sehingga dia harus disucikan dengan ritual mandi suci. Korban awalnya menolak ajakan Agus. Tapi agus terus memaksa, mengintimidasi dan mengancam akan melaporkan tindakan korban ke orang tua Korban. Akhirnya korban terpaksa menuruti kemauan Agus.Â
 Sementara menurut Ade Latifa Fitri, pendamping korban sekaligus ketua komunitas Senyum Puan, Agus menggunakan berbagai cara untuk melemahkan mental korbannya. Dengan manipulasi yang intens korban merasa makin tepojok. Hingga akhirnya Ia dibawa ke sebuah homestay dimana kejadian itu terjadi. Meskipun korban melawan secara verbal ancamannya terus-menerus membuatnya tak berdaya. Setelah kejadian di homestay tersebut, korban berusaha mengihndari Agus. Namun, ancaman dari pria itu terus menerus memaksa korban untuk tetap dalam tekanan. Ditengah rasa takut yang luar biasa korban akhirnya menghubungi seorang teman untuk meminta bantuan. Mereka bertemu di Islamic center kota Mataram dimana teman-temannya berhasil menghadapi Agus. Teman-teman korban menilai ada yang salah dari Agus buntung dan memilih mendukung korban untuk melaporkan kejadian ini kepada pihak berwenang. Pada malam itu juga korban bersama teman-temannya melangkah ke Polda NTB. Kasus ini kemudian terungkap lebih luas. Ade mengungkapkan bahwa ada korban lain dengan cerita serupa. Hingga kini sudah ada belasan korban yang bersuara, enam korban yang teridentifikasi dengan dua orang bersedia memberikan kesaksian. Modus yang digunakan agus dinilai seragam, dengan tekanan psikologis sebagai senjata utamanya. Disisi lain, polisi telah bergerak cepat. Kombes Syarif Hidayat dari Polda NTB menjelaskan bahwa bukti-bukti kuat termasuk kesaksian korban, telah mengarah pada penetapan pria itu sebagai tersangka. Dukungan dari para pendamping korban pun terus dilakukan, membantu korban untuk memulihkan kondisi psikologisnya ditengah proses hukum yang berjalan.Â
 Agus yang dikenal sebagai penyandang disabilitas, selama ini mengutarakan kebohongan kepada publik bahwasnnya Ia tak mungkin melakukan hal itu. Dan untuk makan,dan minum, dia masih di temani orang tuanya. Publik yang saat itu percaya dengan omongan Agus, mengira bahwa pelaku adalah MA. Tekanan psikologis yng di alami MA sangatlah besar. Antara meyakinkan Kepolisian dan publik akan peristiwa yang dialaminya. Namun, setelah melakukan penyelidikan yang lebih lanjut, kepolisian menemukan bukti-bukti yang mengarah ke Agus, termasuk pengakuan para korban lainnya yang mengaku menjadi korban kebiadaban Agus dengan beberapa yang bersedia menjadi saksi atas peristiwa itu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H