Mohon tunggu...
Bearcat traveler
Bearcat traveler Mohon Tunggu... Part-time -

Solo Backpacker

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kota Awal dan Akhir

8 April 2019   02:37 Diperbarui: 8 April 2019   03:16 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Surabaya, 8 april 2019

Kalau kalian pernah nonton filem one piece pasti tidak akan asing dengan judul diatas. Kota awal dan akhir dalam cerita mangan one piece merupakan kota kelahiran dan kota kematian sang raja bajak laut Gold D Roger. Dalam manga diceritakan bahwa Gold D Roger adalah satu-satunya bajak laut yang berhasil ke pulau Raftel. 

Tapi kita tidak akan bahas one piece kali ini melainkan kota awal dan akhir dari perjalanan saya tahun 2019. Rasanya kecewa harus berhenti menapaki tiap jengkal Nusantara bak surga bagi petualang Dunia, panorama pertiwi hanya akan menjelma layaknya halu ditengah gurun kali ini.  Sepertinya tak akan ada lagi bait bait suci pribumi menari riang ditelinga atau kabut sejuk mengitari unggun pun tak lagi anggun, aku berakhir.

Langkah menuju makassar rupanya harus berhenti sejenak ditanah pahlawan atau mungkin selamanya. Setelah menulis artikel "PELABUHAN TERAKHIR MOTOR BODONG" lalu diposting, tak disangka kira pun hilang anggka. 7 april 2019 telfon dari rumah "sampai kapan nak?, harus ada yang pulang baru kau juga pulang!?". lalu ada pesan masuk setelah-nya "pulanglah dengan ijazah agar kami pergi dengan tenang nantinya, dimanapu kau sekarang, berhentilah dan selesaikan apa yang belum selesai". pesan penuh rindu telah menyat secarik tiket petualang, tak ada lagi kapal besok subuh dan orang baru yang pulang merantau untuk dijumpai, tak ada lagi pengumuman bioskop kapal jua caffe terapung atau bau bawang dalam deck deck kapal belum lagi teman romantis bak ros dan jack, ohh anjungan kapal, mungkinkah seorang wanita sedang menunggu dengan gelisah disana. 

Kota adalah satu satunya habitat paling tak asik untuk dijelajahi, tak ada lagi lereng atau lembah yang mengalir sungai jernih tampa polusi kolusi. Dikota tak ada cinta!; mereka semua palsu bernafsu penuh birahi. 

Hanya karna secarik kertas kita harus bergelut dengan norma norma manusia moderen yang berlindung pada bendera suci partai, teman teman sudah jadi korban dua tahun lalu.

Surabaya baiklah padaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun