Kalimat itu muncul dari bibir si kecil, ketika melihat ibunya bersiap pergi untuk kerja.
Ya... siapa yang mau jadi ibu rumahan yang aktifitasnya hanya seputar dapur, sumur dan kasur.
Ya... siapa yang mau jadi orang rumahan yang tugasnya membenahi rumah yang berantakan bak kapal pecah ... dengan melupakan dirinya.
Ya... siapa lagi yang mau ...
Itula gambaran seputar kehidupan seorang ibu rumah tangga. Sebuah "profesi" yang sebenarnya sangat penting bagi proses berkembangnya anak-anak masa kini untuk menjadi pemimpin di masa mendatang. Dan sangat ironis sekali ketika kita bertanya kepada anak-anak sekarang ini : "Besok kalau sudah besar pengin jadi apa?". Dengan tegas mereka akan menjawab "polisi, dokter, artis dll", dan hampir dipastikan tidak akan ada yang menjawab menjadi seorang "ibu".
Zaman sekarang ini seorang laki-laki sekarang harus siap beristrikan wanita karier, Â yang berarti dia harus siap untuk menjadi suami mandiri. Dia harus bisa ngurusi diri sendiri, anak dan bahkan istri. Â Sebuah tuntutan yang mungkin tidak biasa. Dia juga harus siap menerima kenyataan penghasilannya bisa jauh dibwah istrinya, yang berarti pula dia harus bisa mengorbankan egonya sebagai seorang pemipin rumah tangga. Dan dia (kalau beruntung) harus siap ditinggal .... selingkuh.
Sebagai Ayah, apakah kita siap (menjawab) pertanyaan anak-anak "Yah... ibu dimana?, sudah malam kok belum pulang?", apa ibu nglembur lagi?"... sebuah pertanyaan yang rasional tetapi tidak mudah untuk menjelaskannya, terlebih lagi kepada anak-anak yang masih culun, dan tidak tahu apa-apa.
Inilah potret wanita yang terdidik dijaman emansipasi. Dimana segala sesuatunya diukur (dinilai) dari sejauh mana seseorang itu pulang dengan membawa uang. Dia lupakan segala macam kodrat asal yang dia bawa sebagai seorang wanita. Dia lupa sebagai seorang wanita dia harus bisa menjadi ibu bagi anak-anaknya. Dia lupa bahwa sebagai seorang istri dia harus bisa melayani suami. Â Dia juga lupa bahwa sebagai bagian dari kehidupan sosial "pantaskah..." pulang larut malam?. Bahkan dia juga lupa bahwa sebagai seorang istri yang "terhormat" dia harus menjaga diri agar tidak dengan mudah bepergian dengan (pasangan) lawan jenisnya meskipun itu dengan "bos"nya...
Dan hasilnya... banyak wanita yang sukses dalam karier, tetapi gagal dalam keluarga...
Banyak wanita yang sukses... tetapi gagal sebagai seorang ibu yang siap melahirkan generasi dimasa depan... Â Kira-kira... apakah Kartini akan bangga, jika melihat wanita karier di zaman ini...?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI